Pertengahan bulan Januari ini, waktu mendadak terasa pendek. Berbagai kelas menulis yang diikuti, sebagian besar dimulai pertengahan bulan, seperti, kelas ghost writer, kelas menulis artikel, kelas fiksi dan kelas pj antologi.
Beruntung, tak semua kelas memberi tugas. Mengingat, lumayan banyak tugas menulis yang menunggu diselesaikan. Tapi, tetap saja, membaca kemudian mencerna materi dari semua kelas-kelas tersebut membutuhkan waktu.
Dari semua kelas, ada tiga yang waktu belajarnya bertepatan. Kelas ghost writer, kelas menulis artikel dan kelas fiksi. Bingung-bingung seru rasanya, manakala, kita fokus pada satu kelas. Enggak tahunya, kelas satunya juga dimulai dan sudah berjalan dari tadi. Jadilah, mata ini mondar-mandir dari satu grup ke grup yang lain demi mengikuti semua kelas-kelas tersebut.
Lain kelas, lain lagi tugas menulis. Kendati sedang mengisi gelas kosong dengan ilmu baru, bukan berarti bersantai juga. Tak kurang, sederet pekerjaan rumah menulis sudah menanti untuk diselesaikan.
Tugas-tugas dari kelas menulis artikel. Ada yang tenggat waktu dikumpulnya hari ini, dan ada juga yang 2 hari lagi. Itu belum termasuk kewajiban mengumpulkan outline antologi romance yang berakhir pada tanggal 18. Kemudian penyetoran naskah antologi anak dari IIDN, yang berakhir tanggal 21 mendatang. Setoran tantangan menulis one day one posting bersama Estrilook. Revisi naskah buku solo, dan naskah antologi tentang kakak ipar.
Jika dibandingkan penulis-penulis profesional, yang sudah punya jam terbang tinggi, yang kulakukan saat ini masih belum ada apa-apanya. Ditinjau dari segi kerepotan, masih kurang sibuklah.
Bayangkan, salah seorang penulis senior ada yang menulis buku hanya butuh waktu 2 minggu, dengan perincian menulis 10 lembar/ hari. Padahal, ia punya anak kecil. Bukan main hebatnya, ya. Sementara, menulis dan revisi masing-masing selembar sehari saja, sudah membuatku kerepotan. Repot mencari ide dan cara terbaik menuangkannya ke dalam tulisan.
Itulah bedanya antara penulis pemula dan senior, yang sudah malang melintang di dunia menulis. Bedalah, ya.
Tapi, meskipun tak sebanding dengan mereka yang sudah hebat, tetap tidak berkecil hati. Terus saja belajar dan berlatih. Semoga suatu hari nanti bisa menyamakan para senior-senior ini.
Disamping, ada satu hal yang ingin terus kujaga. Tetap menulis dengan bahagia. Mengutip perkataan bu ketua IIDN, sebaiknya, tantangan menulis setiap hari ataupun tugas deadline menulis yang dikerjakan saat ini, jangan sampai membuat seorang penulis, kehilangan kenikmatan menulis. Konsisten menulis setiap hari adalah tujuan penulis, tapi, kehilangan kenikmatan menulis saat mengejar konsistensi tersebut, adalah bencana yang harus dihindarkan.
Menulislah dengan bahagia, karena menulis itu membahagiakan!
Sumber Foto:pexels.com
#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community
#day16
0 komentar