Sebenarnya aku dan suami sudah berusaha menjauhkan gadget dari Danish putra semata wayang kami. Mengingat usianya baru 4,5 tahun. Masih terlalu kecil untuk berinteraksi dengan gawai dan sejenisnya.
Sampai awal tahun 2018, upaya kami lumayan berhasil. Nyatanya, ia memang enggak berani memegang apalagi mengutak-atik telepon seluler kedua orang tua, biar pun si handphone tergeletak di sembarang tempat.
Tapi, semua berubah tatkala aku melaksanakan ibadah umroh, pada bulan Januari 2018 lalu, yang harus meninggalkan anakku untuk diasuh adik ipar. Danish yang tadinya tidak akrab dengan gawai menjadi terbiasa memegang bahkan menggunakannya.
Hal tersebut tak bisa dihindarkan, karena adik ipar sendiri juga bekerja. Seringnya, saat dia sedang mengajar, pengasuhan Danish diserahkan kepada mertua yang kebetulan keduanya sama-sama sudah sepuh. Kadang, Danish juga dibawa ke sekolah.
Nah, saat semua orang dewasa pada sibuk dan tak punya waktu memperhatikan Danish, saat itulah gadget menjadi pengambil alih peran sebagai pengasuh Danish, yang terbukti efektif menenangkannya saat dia banyak tingkah.
Jujur, sejak saat itu lumayan sulit membuat Danish mengabaikan gadget. Gawai kami tak bisa lagi diletakkan di sembarang tempat. Pasti sudah jadi mainannya, dan membujuknya berhenti bermain ponsel sangat sulit dan penuh drama.
Tak ingin kejadian ini terus berlanjut, aku dan suami sepakat mengambil tindakan, dengan tetap memberi kesempatan kepada Danish memegang hape, namun hanya hari sabtu dan minggu saja. Itu pun sebisa mungkin tidak dalam jangka waktu lama. Ya, sebagai balasannya, kami yang harus memikirkan kegiatan pengalihan agar ingatannya tak melulu tertuju pada gadget.
Kebetulan akhir pekan jadwal suamiku libur bekerja. Kesempatan tersebut kami manfaatkan untuk membawa Danish berkegiatan di luar ruangan. Mengajaknya ke Stadion Swakarya Muara Teweh buat bermain perosotan, atau hanya sekedar berlarian di lapangan sepak bola. Kalau bosan bermain di stadion kami pergi ke luar kota, berenang di sungai trahean, dan bermain di taman warna-warni, atau hanya sekedar bersantai di siring sungai barito.
Sedangkan jika di weekend-nya di rumah saja, biasanya, kami menemani Danish menonton acara anak-anak. Namun, jika dirasa ia sudah mulai kelamaan di depan TV, aku sering merayunya agar melakukan salah satu aktivitas kegemarannya, yaitu, berendam di bak mandi di teras rumah selama berjam-jam sambil bermain. O, iya, bermai lego juga terbukti efektif mengalihkan pikirannya dari TV dan hape, loh
Alhamdulillah, dengan upaya yang kusebut di atas, perhatian Danish tak lagi melulu tertuju pada gawai. Bahkan, sekarang ini dia sering lupa memegang handphone pada hari sabtu atau minggu. Ia juga sangat mengerti, kalau dirinya tak boleh memegang hape di luar hari sabtu dan minggu. Yah, semoga saja kebiasaan ini berlanjut hingga nanti. Di mana, ia boleh memegang atau memiliki gawai saat waktunya tiba. Semoga!
Sumber Foto: pexels.com dan koleksi pribadi
#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community
#day6
0 komentar