Serial Nomaden: SMK Muhammadiyah Sampit Dalam Kenangan

by - Thursday, January 10, 2019

Hai, Bloggers!

Serial Nomaden kali ini masih seputaran kota Sampit, ya.

Setelah sempat menganggur selama 8 bulan. Akhirnya aku mengajar juga, di SMK Muhammadiyah Sampit. Memang, agak sedikit terlambat dari rencana semula, yang inginnya segera mengajar saat tiba di Sampit.



Masalahnya, waktu itu belum bertemu jodoh dengan sekolah yang pas di hati. Ada tawaran mengajar, tapi dari SD. Bukannya mengerdilkan makna menjadi guru SD. Sama sekali bukan.

Hanya saja, berdasarkan pengalaman yang dulu-dulu, aku kurang cocok mengajar anak kecil. Stok sabarku yang kurang banyak kalau berhadapan dengan anak-anak. Membuatku merasa kurang nyaman mengajar SD. Itulah mengapa aku menolak saja tawaran itu, dari pada diterima tapi ujung-ujungnya malah tak menikmati. Lebih baik bersabar sajalah menunggu yang sesuai di hati.

Syukurnya, bertepatan dengan persiapan suami mengikuti diklat calon hakim di Mega Mendung, aku mendapat tawaran mengajar di SMK Muhammadiyah Sampit. Berhubung, guru yang biasanya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris lulus tes CPNS, maka, posisi guru tersebut menjadi kosong.

Kami mendapat informasi ketersediaan posisi guru Bahasa Inggris dari ketua Muhammadiyah Sampit, yang biasa kami panggil dengan sebutan babe Jazuli. Kebetulan, beliau ini salah satu hakim senior di Pengadilan Agama Sampit.

Tentu saja aku menerima tawaran itu dengan senang hati. Sebagai kader, yang pernah aktif di Ikatan Remaja Muhammadiyah. Bagiku, mengajar di sekolah Muhammadiyah adalah sebuah kehormatan. Rasanya, semacam mengajar di rumah sendiri. Yes, I'm home. Seperti itu.



Benar saja, mengajar di SMK Muhammadiyah Sampit, memang terbukti sangat menyenangkan. Guru-gurunya asyik dan kompak. Apalagi, jumlah dewan gurunya lebih banyak kaum Mamak-mamak dari pada Bapak-bapak. Jadi, ya, kebayang bagaimana serunya iklim bekerja di sekolah tersebut. Sebentar-sebentar bikin acara makan-makan. Ada yang ulang tahun, makan-makan. Sehabis ulangan semesteran, makan-makan. Rapat, makan-makan, dong. Bahkan, pada akhirnya tak ada momen khusus pun makan-makan juga. Siapa yang kebetulan punya uang lebih dan ingin mentraktir teman-teman se kantor, ya, makan-makan lagilah. Intinya, apa pun acaranya, makan-makan adalah wajib hukumnya.

Keseruan lainnya belum termasuk acara shopping atau perawatan bareng. Biasanya, kami melakukan kegiatan tersebut ketika sehabis ulangan atau pulang sekolah setelah gajian. Waktu itu belum ada mall seperti sekarang. Jadi, aksi shopping-nya hanya berupa muter-muter dari satu outlet ke outlet lain sampai item yang dicari ketemu. Kegiatan ini sesungguhnya berbahaya, karena akan mengakibatkan kantong bocor. Terutama bagi yang tak ada niat belanja, jangan coba-coba ikut aktivitas ini, takutnya, pulang dari sana malah membawa satu kresek belanjaan. Tekor bandarnya nanti. Hehe ...

Cerita di atas tentang gurunya. Bagaimana dengan murid-muridnya? Mereka, ya, begitu itu. Ada yang menyenangkan, manis, cerdas, dan aktif. Tapi, ada juga yang  koplak-nya minta ampun, dan doyan bikin gurunya hipertensi. Lebih-lebih yang kelasnya banyak dihuni murid putra. Menghadapi mereka membutuhkan mental baja dan kemampuan bersilat lidah di atas rata-rata, kalau tidak ingin menjadi bulan-bulanan.

Sampai ada cerita, guru fisika yang kebetulan seorang ibu-ibu manis dan cantik, tak berani masuk kelas tertentu, akibat sering di plonco muridnya sendiri. Alhasil, tiap jadwal mengajar fisika, si ibu harus ditemani ibu-ibu lain yang lebih galak, supaya proses belajar mengajarnya berjalan tertib dan lancar.



Demikianlah, cerita indah di SMK Muhammadiyah Sampit. Beruntung sekali rasanya pernah menjadi bagian dari sekolah ini. Bertemu orang-orang baik dan asyik. Semoga, SMK Muhammadiyah Sampit terus berjaya dan rekan-rekan guru di sana dilimpahi keberkahan dan kesehatan, agar bisa mendidik anak bangsa dengan baik. Aamiin!

#postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community

#day9








You May Also Like

0 komentar