Macam Orang Gunung
Namanya saja kelas rusuh, bisa dipastikan tingkah laku penghuninya kurang lebih saja seperti namanya. Rusuh juga. Itulah kelas tiga IPS. Sepertinya sebagian besar penghuni kelas ini mempunyai struktur otak yang ora umum, makanya tingkah lakunya sering bikin geleng-geleng kepala para guru.
Kelas 3 IPS. Sumber Foto. Dokumen Pribadi |
Tak alang tanggung sampai kepala sekolah juga ikutan dibuat geleng-geleng kepala ini. Ceritanya, beliau masuk kelas kami untuk memberi motivasi belajar, karena salah satu guru tidak masuk sekolah.
Hal pertama yang beliau lakukan adalah mengecek kehadiran kami. Malang buat beliau buku absennya menghilang entah kemana. jadi untuk mengetahui nama kami satu persatu, ia menggunakan nama yang tertera pada daftar piket kebersihan kelas. Alangkah terkejutnya beliau saat melihat daftar tersebut. Tak satu pun nama yang ditulis di situ ia kenali. Semuanya asing dan terlihat aneh.
Si bapak akhirnya bertanya “Ini nama-nama siapa, kok saya tidak ada yang kenal satu pun,” Kata beliau
“Nama kami, Pak” ujar kami hampir serempak dan mantap.
“Nama siapa? Maksudnya gimana ini?” beliau terus saja menuntut penjelasan kami.
Akhirnya, beberapa dari kami memberi penjelasan bahwa, nama yang tertulis pada daftar tersebut memang nama kami. Tapi, hanya berupa penggalannya saja. Ada sebagian nama yang dibalik dulu baru diambil penggalannya. Contohnya namaku Golde Meyer Kindangen, diambil Meyernya baru dibalik menjadi Reyem, dan hasil akhirnya diambillah suku kata Rey sebagai nama yang merujuk pada diriku. Nah, itulah yang ditulis. Mulyani jadi Muli. Rahmawati Umar jadi Ma'u. Budiono jadi Dion. Amir Hamzah jadi Amzah. Muhammad Rifani jadi Ifan. Murniansya jadi Ansyah. Dori Rosita menjadi Idor. Agustin Dewi Trisnawati menjadi Iwed dan lain sebagainya.
Karuan saja jawaban kami membuat si Bapak geleng-geleng kepala. Campuran antara gemas dan takjub akan isi kepala sebagian dari kami, yang kelewat kreatif. Beliau memperlihatkan raut wajah mangkel tapi tak berdaya untuk marah.
Tak hanya pak kepala sekolah tentunya, yang merasa bingung dan aneh soal daftar piket itu, wali kelas kami pak Ali Mansyur pun tak luput terbengong-bengong juga. Menurut beliau ini mungkin nama daftar piket teraneh yang pernah ia temui.
Kreatif sih kreatif. Tapi sayangnya kreatifnya kami tidak disalurkan untuk tujuan yang pasti-pasti saja. Semisal, kreatif menemukan cara menguasai mata pelajaran paling sulit di seantero bumi, yaitu matematika.
Meskipun anak IPS terkenal tak pernah kekurangan akal. Tapi kalau menyangkut pelajaran matematika, entah mengapa mendadak berubah menjadi gagu, gagap dan pendiam semua.
Apalagi yang mengampu mata pelajaran sulit ini adalah pak kepala sekolah, yang terkenal tegas dan disiplin. Wah, jangan tanya, deh, pasti pada aneh melihat kami yang tiba-tiba kalem dan pendiam. Tak ada lagi kicauan berisik, semuanya berubah menjadi sok sibuk ngurek-ngurek kertas mencari jawaban.
Sok sibuk tentunya beda dengan sibuk beneran . Tanya saja ke yang bersangkutan apakah gaya sok mumet mencari jawaban tersebut membuahkan hasil? Pasti sebagian besar jawabannya tidak. Kenyataan yang membuat pak Santoso Adi gemas bukan kepalang. Sampai-sampai beliau
mengeluarkan pernyataan legendarisnya
“Kalian ini macam orang nun jauh di sana”
Ujar beliau sambil menunjuk ke arah gunung, hutan pedalaman nun jauh di mata.
Ekspresi kesal karena sudah dijelaskan berulang kali tapi tetap saja kami enggak mengerti. Mengangguk-angguk seolah-olah mengerti, iya, betulan mengertinya tidak. Mungkin maksud beliau kami macam orang gunung buta huruf yang enggak pernah belajar matematika. Masa dijelaskan sampai berbusa-busa enggak nangkap juga. Begitu kira-kira pendapat beliau. Entahlah ... Hanya beliau dan Allah yang tahu kebenarannya
#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan Odop bersama Estrilook Community
#day29
Kreatif sih kreatif. Tapi sayangnya kreatifnya kami tidak disalurkan untuk tujuan yang pasti-pasti saja. Semisal, kreatif menemukan cara menguasai mata pelajaran paling sulit di seantero bumi, yaitu matematika.
Meskipun anak IPS terkenal tak pernah kekurangan akal. Tapi kalau menyangkut pelajaran matematika, entah mengapa mendadak berubah menjadi gagu, gagap dan pendiam semua.
Apalagi yang mengampu mata pelajaran sulit ini adalah pak kepala sekolah, yang terkenal tegas dan disiplin. Wah, jangan tanya, deh, pasti pada aneh melihat kami yang tiba-tiba kalem dan pendiam. Tak ada lagi kicauan berisik, semuanya berubah menjadi sok sibuk ngurek-ngurek kertas mencari jawaban.
Sok sibuk tentunya beda dengan sibuk beneran . Tanya saja ke yang bersangkutan apakah gaya sok mumet mencari jawaban tersebut membuahkan hasil? Pasti sebagian besar jawabannya tidak. Kenyataan yang membuat pak Santoso Adi gemas bukan kepalang. Sampai-sampai beliau
mengeluarkan pernyataan legendarisnya
“Kalian ini macam orang nun jauh di sana”
Ujar beliau sambil menunjuk ke arah gunung, hutan pedalaman nun jauh di mata.
Ekspresi kesal karena sudah dijelaskan berulang kali tapi tetap saja kami enggak mengerti. Mengangguk-angguk seolah-olah mengerti, iya, betulan mengertinya tidak. Mungkin maksud beliau kami macam orang gunung buta huruf yang enggak pernah belajar matematika. Masa dijelaskan sampai berbusa-busa enggak nangkap juga. Begitu kira-kira pendapat beliau. Entahlah ... Hanya beliau dan Allah yang tahu kebenarannya
#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan Odop bersama Estrilook Community
#day29
0 komentar