facebook instagram twitter youtube rss linkedin
  • Home
  • Inspirasi
  • Life Style
    • Parenting
    • Food
    • Travel
  • Writing
  • About Me
  • Contact
Powered by Blogger.

Golde Kindangen's Blog

Alhamdulillah, naskah artikel untuk antologi perdanaku diterima editor Estrilook tanpa perbaikan sama sekali.


Padahal, saat membubuhkan nama dalam daftar, yang bersedia menjadi kontributor proyek antologi Estrilook. Aku tak punya gambaran sama sekali mau menulis tentang apa. Dengan kata lain, keterlibatanku dalam proyek ini karena nekat semata.

Awalnya, sempat merasa tidak percaya diri. Ragu-ragu. Kurang yakin mampu menyelesaikan tugas ini. Mengingat, aku baru berkecimpung dalam dunia menulis artikel. Ditambah kenyataan, peserta yang terlibat dalam antologi kali ini, kebanyakan penulis artikel senior, yang jam terbangnya sudah tinggi. Sebagian besar dari mereka telah menjadi kontributor di berbagai media online. Bahkan, ada yang sudah menulis lebih dari 1000 artikel pada salah satu media online terpercaya.

Bagaimana aku tidak merasa rendah diri berhadapan dengan mereka. Penulis pemula, yang keikutsertaannya hanya bermodalkan nekat saja.

Sempat kebingungan saat hendak menentukan ide. Tema apa yang mau diangkat. Kemudian ketika ketemu ide kemana harus mencari sumber data. Apakah cukup dengan informasi dari internet atau harus ditambah buku lagi?

Untunglah, semua kebingungan dan rasa berat hati itu bisa diatasi saat mulai menulis. Tak seperti yang ku pikirkan. Tanpa kendala berarti aku mampu menyelesaikan tulisan itu dalam 2 hari. Lebih cepat dari perkiraanku sebelumnya.

Alhamdulillah.

Rasa syukurku bertambah saat naskahku sudah di cek oleh editor Estrilook. Menurut mereka tulisanku tidak memerlukan perbaikan lagi, karena sudah ditulis dengan rapi. Bahasanya tertata dan mudah dipahami. Jadi, naskah boleh langsung disetor ke Estrilook untuk dijadikan draft sebelum dikirim ke penerbit.

Syukurlah. Intinya, merasa kurang percaya diri itu wajar saja. Tapi, jangan langsung menyerah. Coba saja dulu, siapa tahu tak sesulit yang dibayangkan. Seperti kejadian Antologiku ini.







Tuesday, November 13, 2018 No komentar
3. Terong Asam

Salah satu sayuran kampung tempo dulu yang masih ada si Muara Teweh adalah terong asam.


Terong asam atau suku dayak menyebutnya dengan rimbang, seperti namanya terong asam memang terasa asam atau kecut. Biasanya, untuk mengatur tingkat keasaman bisa dengan membuang bijinya. Semakin banyak bijinya dibuang, rasa asamnya semakin berkurang.

Cara mengolahnya agar menjadi sayur yang lezat tergantung selera saja.

Kalau aku lebih suka terong asamanya disayur bening saja, ditambah bawang pasir plus ikan air tawar segar. Dijamin, perpaduan manisnya daging ikan dan rasa sayurnya yang asam akan menghasilkan cita rasa segar dan menggugah selera.

Tak hanya disayur bening, terkadang ditumis dengan sulur keladi terong asam juga cocok.

4. Bawang Pasir

Orang Batak menyebut bawang ini sebagai bawang Batak. Sedangkan suku paser, Kalimantan Timur menyebut bawang ini sebagai bawang paser.

Dulu, bawang paser ini hanya terdapat di ladang saja, makanya setiap melihat atau mencicip bawang ini rasanya nikmat banget. Ya, rasa dan aromanya. Ya, kenangannya. Apalagi jika dibuat sambel bersama tomat buah kecil. Wah! Rasanya semakin mantap

Makanya, kalau lagi malas bikin sambel yang diulek, aku sengaja bikin sambel rajang, dengan bahan-bahan seperti tomat, cabai, bawang merah dan bawang pasir yang semuanya di rajang. Rasanya, enak banget. Silakan dicoba, ya.

#Golde-day3



Tuesday, November 06, 2018 No komentar
Sudah berhari-hari, aku malas bikin sambel. Alasannya, berulang kali buat sambel selalu nggak habis. Ujung-unjungnya selalu dibuang. Rasanya sayang banget. Macam buang tomat, cabai, garam dan bawang dengan percuma.

Serba salah memang. Bikin sambel terbuang percuma, tidak nyambel gantian makannya terasa kurang nikmat.

Untungnya, selalu ada cara menikmati pedasnya cabai dengan nikmat. Yaitu, dengan membuat cacapan.

Cacapan adalah teman makan nasi sejenis acar bawang. Umumnya, sebagai cocolan ikan atau lauk sejenis lainnya. Bahan utamanya bisa mangga muda, binjai, atau asam jawa.

Cara membuatnya cukup mudah. Bawang merah diiris tipis di campur cabai, asam jawa atau buah mangga muda dan air. Kemudian diremas hingga layu. Cacapan siang dinikmati bersama lauk dan nasi. Rasanya? Pokoknya endes banget, dah!

Photo Credit by: www.pexels.com

#Golde-day2

Monday, November 05, 2018 No komentar
Setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing. Mulai dari adat istiadat hingga kulinernya. Ciri khas yang ada adalah identitas budaya setempat, yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.

Sebagai contoh mandai.


Mandai adalah, kuliner dari kulit cempedak yang di fermentasi. Cara mengolahnya, tergantung selera saja. Ada yang hanya di goreng seperti menggoreng ikan. Ada juga yang di suwir halus kemudian ditumis bersama bumbu-bumbu, atau bahkan di goreng tepung macam menggoreng ayam tepung. Suka-suka yang buat saja lah.

Mandai ini, kuliner primadona segala zaman dan usia bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Rasanya khas perpaduan antara gurih dan sedikit asam, menerbitkan selera makan. Tak heran, orang yang tadinya hilang nafsu makan, biasanya, tiba-tiba makan dengan lahap setelah ditemani lauk mandai ini.

Meskipun, inovasi kuliner tiada henti dengan berbagai menu-menu baru, yang menggugah selera. Tetap saja tak ada yang mampu menggeser posisi mandai ini dari hati orang Banjar, tua muda, kaya miskin hampir semua orang menyukai mandai.

Makanan khas orang Banjar, Kalimantan Selatan ini.

Oke. Salam mandai ya

#Golde-1






Sunday, November 04, 2018 No komentar
Akhirnya hari ini, hari terakhir challenge one day one posting yang diselenggarakan  Estrilook Community.

Walaupun dari segi isi postingan, banyak yang tidak sesuai dengan standar artikel mana pun. Aku tak menyangkal. Meski begitu, tetap bersyukur juga, karena mampu mengikuti challenge ini dengan baik. Rutin posting selama 19 hari tanpa pernah terlambat sehari pun.


Konsistensi. Yes! This is my goal.

Ini yang terpenting. Dan merupakan alasan mengapa mengikuti tantangan ini.

Supaya tertanam tekad di dalam dada, tidak menjadikan menulis saat ingin saja, namun, membangun kebiasaan menulis agar menjadi aktivitas harian, yang sama pentingnya dengan kegiatan lainnya.

Membangun konsistensi harus dipaksa. Salah satunya dengan ikut tantangan seperti yang di selenggarakan Estrilook ini. Dan melatih konsistensi engga mudah kalau dilakukan sendirian.

Itulah perlunya bergabung dengan komunitas yang mempunyai hobi sama, supaya semangat menulisnya tetap membara. Melihat kemampuan para senior yang sudah hebat, jadi terpacu untuk belajar lebih giat lagi.

Demi alasan ini, aku merasa perlu memaksa diri agar terus menulis apapun keadaannya. No excuse, writing everyday is a must

Menyadari dengan sepenuhnya, bahwa, sebagai newbie dalam dunia literasi, tak ada jalan mudah untuk meningkatkan kemampuan, kecuali kesungguhan dalam berlatih, disiplin dan konsisten.
Karena menulis tidak cukup dengan mengandalkan bakat saja, tapi kebiasaan dan pembiasaan.





Terima Kasih kepada Estrilook Community yang telah menyelenggarakan kegiatan ini, semoga Estrilook makin sukses dan dunia literasi Indonesia semakin berkembang

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community


Wednesday, October 31, 2018 2 komentar
Salah satu resep kesukaan duo lelakiku  di rumah, adalah sup tulang. Sup tulang menu andalan penggugah selera, sangat tepat disantap pada saat musim hujan begini. Apalagi saat badan lelah, dan daya tahan tubuh menurun akibat perjalanan jauh, atau perubahan cuaca yang ekstrim. Tak diragukan lagi, sup tulang adalah pilihan pas untuk memulihkan semangat.


Sebenarnya, banyak aja warung makan yang jual sup tulang ini. Tapi, aku lebih senang membuatnya sendiri di rumah. Selain, terjamin kebersihannya, harganya pun jauh lebih ekonomis. Dengan dana tidak sampai Rp. 100.000 cukup untuk bikin sepanci sup tulang buat orang serumahan. Hemat, kan? 

Oke, mari langsung saja kita praktek membuat sup tulang seperti berikut ini.

Siapkan bahan-bahan, seperti :

- 1/2 kg tulang iga sapi. Pilih yang banyak dagingnya, ya.
- 1/4 kg kentang. Potong dadu
- 1/4 kg wortel
- 1 bungkus sohun
- Tomat hijau 3 buah

Bumbu yang di haluskan: 

- 10 siung bawang merah
- 10 siung bawang putih
- 1/2 sdt lada bubuk
- seruas ibu jari jahe
- 1/4 biji pala

Bahan-bahan yang di cemplungkan kedalam kuah :

- 5 biji pekak
- 3 biji kapulaga
- 3 butir cengkeh
- secukupnya adas manis, pedas, merica butiran

- 1 batang bawang prei
- satu ikat daun seledri
- Bawang goreng
- kecap manis
-1 buah jeruk nipis
- cabe untuk membuat sambel

Cara Membuat : 
1. Didihkan air, rebus tulang sebentar kemudian buang airnya. Rebus tulang dengan air yang baru dengan mencemplungkan rempah-rempah seperti pekak, cengkeh, kapulaga, adas manis, pedas yang sudah dibuat di dalam wadah khusus.

2. Tumis bumbu yang dihaluskan sampai wangi. Tunggu sampai kuah mendidih masukan bumbu. Masak hingga daging empuk

3. Masukan wortel dan kentang, masak hingga kuah mendidih, masukan tomat dan bawang prei, kemudian tunggu hingga semuanya matang

4. Hidangkan sup tulang dengan sohun, seledri, taburan bawang goreng, jeruk nipis dan sambel.

Sup siap dinikmati.

Selamat mencoba, ya.

# postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community





Tuesday, October 30, 2018 No komentar
Ada saatnya kebanggaan sebesar gunung, yang kita miliki menjadi tak berguna. Manusia yang tak pernah puas, kecuali mulutnya sudah dipenuhi tanah. Baru mengerti apa yang dikejar mati-matian selama hidup, sebagian besar sia-sia saja. Yaitu, saat kematian sudah di depan mata.

Manusia, sehebat apapun dia. Tetaplah seorang hamba, makhluk, yang punya keterbatasan. Merasa besar hendak menyamai Tuhan, hanya dengan mengandalkan kesombongan semata. Padahal, untuk mengetahui jadwal kematian sendiri saja tak mampu.

Kematian. Kejadian paling menakutkan. Tak ada yang mampu memprediksi kapan datangnya. Sangat dihindari, namun pasti menghampiri. Selama sebutannya makhluk hidup, pasti mendapat giliran menjadi si mati.

Lalu apa? Masih terpesona dengan kehebatan diri? Merasa sombong?

Merasa hebat karena memiliki harta kekayaan. Lupa bahwa kekayaan bukan ukuran kemuliaan, tapi justru ujian.

Pun dengan ujian kedudukan. Meningkatnya kedudukan sering membuat seseorang merasa hebat. Akulah sang terpilih. Berada di posisi ini membuktikan kalau aku lebih unggul dari kalian semua. Maka dari itu, kalian harus berlaku hormat kepadaku. Lupa lagi, bahwa tak ada kejadian di muka bumi ini tanpa campur tangan Allah. Seolah-olah hidupnya dirinya saja yang mengendalikan. Menampik peran Allah sang Maha mengatur.

Tak berhenti di situ. Bertambahnya ilmu dan ketaatan bahkan tak mampu mencegahmu dari rasa berbangga diri. Perasaan hebat yang tak seharusnya.

Syukurlah, Allah maha penyayang. Tak pernah dibiarkannya manusia mendapat siksa, sebelum dikirimnya hidayah.

Seperti kejadian hari ini. Jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Mengingatkan kembali, bahwa hidup di dunia ini sementara saja. Suka nggak suka, siap ataupun tidak, sudah bertobat atau belum, jika saatnya tiba kita pasti akan mati. Menghadap Allah tanpa membawa apapun, kecuali amal perbuatan semasa hidup.

Sudahkah kita bersiap?

Photo Credit : www.pexels.com

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community






Monday, October 29, 2018 No komentar
 Hallo, Bloggers!

Hampir semua orang pernah berhutang. Entah itu dalam jumlah besar ataupun kecil. Kebutuhan hidup yang meningkat, terutama hidup di kota besar diduga sebagai alasan orang berutang. Ada yang berutang untuk memulai usaha, memenuhi kebutuhan dan biaya perawatan. Namun, ada juga yang berutang demi gaya hidup.
Berikut alasan mengapa orang berutang

1.  Terdesak atau kepepet

Umumnya yang sering mengalami terdesak dan harus berutang adalah siswa atau mahasiswa, terutama yang hidupnya di kos. Ada yang terpaksa berutang karena uang yang  dikirim tak mencukupi, sedangkan kebutuhan lebih banyak. Mau tidak mau mengharuskan kita untuk berutang.

2. Biaya Tak Terduga

Tidak semua orang suka berutang. Tapi, pada situasi tak terduga, seperti anggota  keluarga yang sakit dan memerlukan banyak biaya perawatan, sedangkan tabungan tak mencukupi untuk membayarnya, adalah, alasan sebagian orang terpaksa berutang.

3. Untuk Modal Usaha atau Investasi

Memulai atau mengembangkan usaha memang lebih baik pakai uang tabungan sendiri. Namun, menunggu tabungan cukup sebagai modal, biasanya memerlukan waktu yang lama. Sedangkan, bagi penggiat usaha, modal harus tersedia segera. Nah, jalan satu-satunya agar bisnis berjalan lancar adalah dengan berutang

4. Tersedia Peluang untuk Berutang

Di zaman modern yang serba dimudahkan ini, peluang untuk berutang juga terbuka lebar. Tawaran belanja dengan kartu kredit, yang menawarkan pembelian produk tertentu dengan bunga nol persen, atau cicilan hingga 12 bulan adalah contoh tawaran yang sering menjebak konsumen terjerumus dalam utang.

5. Habit

Memang terdengar aneh, ada orang yang berutang karena kebiasaan. Namun, kenyataannya ada orang yang hidupnya tak pernah lepas dari utang. Lunas dari utang yang satu berlanjut pada utang lain. Sepertinya, solusi permasalahan hidupnya, adalah dengan berutang

6. Gaya Hidup

Tampil berkelas memang impian semua orang. Tak heran, agar bisa  berpenampilan mewah ini, sebagian orang rela mengeluarkan banyak uang. Sehingga, tak sedikit mereka yang terjebak utang karena harus bergaya tak sesuai kemampuan.


Demikian 6 penyebab orang berutang. Karena utang memiliki dampak buruk bagi kondisi finansial kita, sudah seharusnya kita tidak menjadikan utang sebagai kebiasaan. Semoga bermanfaat, ya.

Photo Credit : pixabay

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community





Sunday, October 28, 2018 No komentar
Sejak tanggal 22 bulan ini aku mengikuti kelas menulis artikel, di Joeragan Artikel. Yaitu, kelas gampang bikin artikel dan berencana melanjutkan ke kelas GJM atau gampang jebol media.


Artikel, tulisan pendek untuk keperluan media baik daring maupun luring (koran, majalah, buletin) .

Meskipun artikel itu tulisannya pendek saja, jumlahnya antara 300-500 kata, ternyata, nggak gampang juga membuatnya.

Padahal, kalau menilik dari slide yang diberikan, materinya nggak banyak, lho. Jika disusun dalam sebuah lembaran kertas buku, nggak nyampe dua lembar, paling-paling 1,5 lembar saja.

Itu artinya, membuat artikel seharusnya mudah saja. Tapi, ternyata nggak semudah itu juga. Nyatanya, untuk menghasilkan sebuah artikel mulai mencari ide dan menyusunnya, aku memerlukan waktu hingga seharian penuh. Betul-betul harus berjuang.

Untungnya, dengan rajin berlatih sedikit demi sedikit, aku mulai paham aturan membuat artikel.

Memang, dibanding mereka yang artikelnya sudah wara wiri di media, aku nggak ada apa-apanya. Harus lebih banyak berlatih lagi. Namun, setidaknya dengan mengikuti kelas ini, aku jadi punya gambaran bagaimana karakteristik tulisan bernama artikel itu. Dan semoga tidak lama lagi, aku mampu membuat artikel yang bagus. Aamiin.

Photo Credit :www.pexels.com

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community
Saturday, October 27, 2018 No komentar


Hai, Bloggers...

Hidup tak selalu indah dan menyenangkan. Sekali dua kita akan mengalami emosi negatif seperti kecewa, sedih, marah dan tertekan. Sayangnya, tidak semua rasa itu dapat kita keluarkan atau lampiaskan. Adakalanya, karena sesuatu dan lain hal perasaan itu kita pendam saja.

Namun, memendam emosi negatif ibarat memasukkan racun ke dalam tubuh. Menimbulkan penyakit yang merugikan diri, contohnya adalah penyakit Asma.

Memang benar, stress bukan satu-satunya pemicu Asma. Akan tetapi perubahan psikologis pada tubuh seseorang, menyebabkan penegangan otot di sekitar saluran napas, yang memicu timbulnya Asma. Sehingga, stress dapat memperparah keadaan mereka yang memiliki penyakit tersebut.

Di sisi lain, aktivitas menulis bisa berguna juga, lho, sebagai terapi baik kesehatan fisik maupun mental. Berikut ulasan manfaat menulis bagi kesehatan

1. Memperbaiki Suasana Hati

Adakalanya suasana hati kita buruk dan tidak bersahabat. Teman yang menyebalkan, rencana yang gagal bahkan cuaca yang tidak menentu bisa saja menjadi penyebab seseorang galau.  Dengan menulis apa yang dirasakan, selain mengurangi beban mental juga mencegah diri dari menyebar energi negatif ke orang-orang sekitar.

2. Menurunkan Tekanan Darah

Stress menyebabkan peningkatan denyut jantung yang berakibat tekanan darah meningkat hingga 40%, walaupun hanya untuk sementara. Ketika menghindarkan diri dari stress mustahil, mengapa tidak dibawa menulis saja. Dengan menumpahkan segala rasa bukan hanya menimbulkan perasaan lega, tapi juga syukur, karena tahu cara melampiaskan emosi tanpa menyebabkan masalah bagi diri sendiri dan orang lain.

3. Mengurangi Stress

Dari pada memendam stress lebih baik menguraikannya ke dalam tulisan. Jika dilakukan secara rutin dan terus menerus bukan tak mungkin dapat membebaskan pelakunya dari simpul-simpul emosi negatif yang mengendap didasar jiwa.

4. Membantu Tidur Nyenyak

Kebiasaan menulis apa yang kita rasakan sebelum tidur, baik pengalaman sedih atau bahagia dapat menghadirkan perasaan lega dan syukur. Sehingga, mengurangi perasaan cemas yang menjadi penyebab sulit tidur.

Demikian manfaat menulis bagi kesehatan, ya, Ladies. Teruslah menulis agar hidup kita semakin sehat. Semoga bermanfaat ya

Photo Credit: pexels.com

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community





Friday, October 26, 2018 No komentar
Semua orang tahu menulis banyak manfaatnya. Selain ajang aktualisasi diri dan menghasilkan karya, menulis juga bisa sebagai terapi, lho, Ladies.

Tapi, tak semua orang bisa menulis. Bagi sebagian orang, menulis itu susah lagi membosankan. Tak hanya itu, banyak orang mau belajar menulis, namun tak tahu harus mulai dari mana.

Padahal, menulis tak sulit asal tahu caranya. Berikut tips menulis bagi pemula

1. Ide

Untuk menentukan ide nggak harus yang berat-berat kok, Ladies. Bahkan, aktivitas sehari-hari, mulai bangun tidur sampai tidur lagi ada yang bisa dijadikan ide menulis juga, lho.

2. Pilih Tema yang Sederhana

Semua penulis ingin menghasilkan tulisan yang berkualitas dan bermanfaat. Namun, sebagai penulis pemula harus sadar, bahwa untuk menghasilkan tulisan yang demikian butuh proses dan latihan terus-menerus. Nah, supaya aktivitas menulis terasa menyenangkan, dan semangat menulis tetap terjaga, Ladies bisa mulai menulis hal-hal sederhana berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari.

3. Pilih Topik yang Dikuasai

Menjadi penulis hebat memang idaman semua orang, ya, Ladies. Tapi, tak perlu terintimidasi dengan kemampuan penulis terkenal, ya, karena asalnya mereka pun merintis dari pemula juga. Agar kepercayaan diri tetap terjaga, mulailah menulis berdasarkan ide yang kita kuasai.

4. Mengumpulkan Informasi

Tulisan yang bagus, tak hanya lahir dari pikiran penulis. Melainkan didukung  banyak sumber informasi lainnya, entah dari buku, jurnal, media cetak, dan lain lain. Oleh sebab itu, sebelum mulai menulis, sebaiknya, kumpulkan informasi penunjang untuk memperkaya tulisan kita ya, Ladies.

5. Membuat Kerangka Tulisan

Penulis profesional boleh jadi tak memerlukan outline. Namun, kalau kita masih pemula, dan topik tulisan kita serius, ada baiknya membuat kerangka tulisan sebelum menulis. Tujuannya, agar tulisan tetap fokus dan pembahasannya tidak melebar kemana-kemana.

Demikian tips menulis bagi pemula, ya, Smart Ladies. Asah terus kemampuan dengan terus berlatih, agar kemampuan kita semakin baik. Semoga bermanfaat, ya.

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community


Thursday, October 25, 2018 No komentar
Sampailah pada situasi ini. Mau nulis tapi nggak tahu harus menulis apa. Bukan berarti buntu sepenuhnya, sih.


Idenya ada saja. Lebih dari satu malah. Tapi entah kenapa, hatinya belum tergerak menuang ide-ide itu kedalam tulisan. Semacam ada kekuatan yang menarik dari dalam supaya si ide tetap stay di otak saja. Nggak boleh keluar.

Writer block

Yes. Sepertinya aku sedang mengalami writer block. Situasi dimana seorang penulis tidak punya ide mau nulis apa. Atau ada ide tapi nggak mampu menyalurkannya kedalam tulisan.

Penyebabnya, sih. Bisa macam-macam.

Kalau untuk diriku. Sepertiny bisa di identifikasi mengapa writer block terjadi. Bukan karena kurang ide, apalagi sampai tak punya sama sekali.

Penyebabnya dari diri sendiri, antara lain:

1. Kurang membaca

Ku akui, akhir-akhir ini aku kurang membaca buku. Membaca artikel setiap hari tapi membaca buku, jarang. Penyebabnya, karena sering merasa kelelahan. Baru mulai membaca 1-2 halaman sudah ketiduran. Seolah-olah tenaga selalu habis tersedot entah karena apa.

2. Mulai ambisius

Kayaknya aku mulai ambisius. Ada keinginan untuk meningkatkan standar menulis. Padahal, seperti yang pernah dikatakan ibu kepala sekolah perempuan, Anna Farida. Menulis itu proses. Seorang penulis nggak boleh jahat sama diri sendiri. Dalam kaitannya dengan diriku, sebagai newbie aku seharusnya tidak membebani diri, untuk menulis sebagus mereka yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia menulis. Aku harus memulai dari bawah, menulis hal-hal sederhana yang ku mampu, sembari terus belajar tentunya.

3. Manajemen waktu yang kurang efektif

Alasan ini mungkin terdengar klise, mengingat sebagai ibu rumah tangga, kegiatan sehari-hariku hanyalah mengurus rumah, anak dan suami. Tapi ini benar adanya. Sejak memutuskan mengikuti berbagai kelas, diantaranya, kelas naskah buku solo, menulis artikel, penerjemah, self editing dan berbagai komunitas menulis, aku seperti keteteran membagi waktu. Rupanya, sebagai pemula aku belum pandai beradaptasi dengan deadline. Aku ngos-ngosan. Rasanya, macam habis di kejar-kejar monyet yang lepas dari kandang. Lelah lahir bathin jadinya.

Demikian beberapa hal yang menghambatku dalam menulis. Semoga kejujuranku dalam mengidentifikasi kelemahan ini membuat aku mampu mengatasi writer block dimasa mendatang.

#postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community
Wednesday, October 24, 2018 2 komentar
Si emak lagi keranjingan belajar menulis. Alhasil, setiap melihat iklan kelas menulis, hati selalu mengalami perang batin. Wah. Materinya bagus, ikut nggak, ya?

Padahal, bulan septembar lalu baru saja menjadi alumni sekolah perempuan, dengan kewajiban harus merevisi naskah buku solo. Memang, sih. Tidak ada batas waktu kapan revisi naskahnya harus di setor kepada ibu mentor Ida Fauziah

Namun, karena naskah ini proyek pribadi sudah seharusnya di selesaikan. Apalagi ini naskah buku solo pertama, sudah barang tentu harus di kerjakan dengan sungguh-sungguh agar hasilnya memuaskan.

Tapi bukannya fokus revisi, aku malah sibuk ikut kelas sana sini.

Sebut saja untuk bulan ini ada tiga kelas yang ku ikuti. Yaitu, kelas penerjemah, self editing dan kelas menulis artikel. Itu belum termasuk bergabung di beberapa komunitas menulis yang memberikan challenge-challenge menarik supaya konsisten menulis.

Semua kelas menarik dan setiap tugas atau tantangan yang di berikan rasanya ingin di selesaikan.

Masalahnya, tugasnya makin banyak waktu yang tersedia tetap segitu saja dari zaman alif sampai zaman ya. Tetap 24 jam/hari, 7 hari dalam seminggu.


Artinya, tidak ada jalan selain harus pandai membagi waktu, biar semua pekerjaan bisa tertangani dengan baik. Terutama tugas sebagai ibu rumah tangga. Jangan sampai karena kesibukan mengikuti berbagai kelas dan menyelesaikan tantangan-tantangan itu, anak dan suami menjadi korban.

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community

Tuesday, October 23, 2018 No komentar
Hallo bloggers...

Kalau nurut keinginan hati. Inginnya sebagian besar waktu, di habiskan di depan laptop atau smartphone untuk menulis. Lebih mengutamakan menulis ketimbang yang lain-lain.


Sayangnya, kenyataannya tak bisa begitu. Meskipun hanya ibu rumah tangga, tetap saja ada urusan yang menjadi skala prioritas.

Seperti yang terjadi padaku hari ini.

Dari semalam sudah menetapkan hati, hari ini, mau menuntaskan tugas one day one posting se pagi mungkin. Supaya, sisa waktunya bisa buat yang lain.

Eh. Tak tahunya malah bangun kesiangan. Nengok jam dinding sudah pukul 05.30 aja. Mentang-mentang sholatnya libur, bangun paginya juga semena-mena alias molor.

Terpaksa menulisnya di tunda dulu, karena jam 06.00 pagi harus ke pasar untuk membeli kebutuhan hari ini. Lagian kemarin sudah janji sama Abah, mau masak sup tulang kesukaannya duo lelakiku.

Setibanya dari pasar langsung menyiapkan sarapan pagi suami, dengan sengaja membawa si Android ke dapur. Maksud hati, kalau ada waktu luang di sela-sela menunggu masakannya matang. Mau menyicil tulisan. Siapa tahu, siang hari tugasnya bisa kelar



Duduk bersantai sambil menunggu sup tulangnya masak, aku meraih gawai,  hendak menulis tentu saja.

Namun, baru saja mulai memikirkan ide, terdengar seruan dari kamar " Mamak. O, mamak!" .

Alamak...

Danish putra semata wayangku sudah bangun rupanya. Wah. Berarti masih belum bisa menulis, nih. Kalau dia sudah bangun, si emak harus ngurus dia dulu. Memandikan, menyuapi dan menemaninya bermain.

Menulisnya gagal lagi

Ya, sudah. Nulisnya nantu siang saja, kalau suami istirahat untuk makan siang. Sisa waktunya, biar Danish main sama Abah dulu. Supaya mamak bisa fokus nyicil tugas.

Maunya begitu, kenyataannya lain lagi.

Si Abah yang di harapkan bisa menjaga Danish harus rapat jam 14.00. Otomatis, selepas makan siang harus kembali ke kantor lagi. Sementara Danish anaknya jarang tidur siang, dan tipe yang sangat menuntut perhatian.

Ya, mana bisa menulis.

Badan lelah dan sedikit frustrasi, lebih baik merebahkan diri. Siapa tahu terlelap barang satu dua jam. Kan, lumayan dari pada melek tapi nggak bisa nulis juga.

Baru saja hampir tertidur, tiba-tiba Danish sudah naik ke atas badan emaknya sambil mencium bertubi-tubi. Membuat mata yang tadinya ngantuk jadi segar kembali.

Ya ampun. Sudah gagal menulis, gagal pula tidur siangnya, sedangkan matahari telah condong ke barat.

Gimana ini?

Jam segini bukan waktu yang tepat lagi buat menulis. Deretan tugas menjelang malam sudah menanti, seperti menyapu, nyuci piring dan memandikan anak menunggu segera di tunaikan.

Aduhai. Masa mau menulis saja rintangannya sudah begini banget. Berliku dan tak sampai-sampai namanya ini.

Ah. Siapa tahu sebelum maghrib ada waktu buat menulis, batinku menghibur. Meskipun rencananya molor terus aku tetap berharap tugas dari Estrilook bisa selesai secepatnya.

Ternyata, sehabis memandikan Danish, menyapu dan cuci piring, aku tak lantas bisa mojok demi menulis. Karena terasku rupanya kotor dan perlu di pel dulu. Tak berhenti disana, tugasnya berlanjut membersihkan kamar mandi dan menyikat lantai teras belakang.

Tak lama berselang

Adzan Maghrib pun berkumandang.

Sekaligus sebagai tanda, keinginanku menyelesaikan tugas sebelum Maghrib sudah gagal total.

Kesempatan yang tersisa hanya setelah sholat Maghrib atau Isya.

Berhubung sehabis sholat Maghrib harus ikut ke pasar malam, menulisnya di undur setelah tiba di rumah.

Untunglah. Setelah mengalami keterlambatan dari jadwal yang di kehendaki, tugas ini akhirnya selesai juga.

Demi konsisten menulis memang butuh perjuangan. Tapi karena hati sudah menetapkan komitmen, tak ada jalan lain kecuali menunaikannya. Bukan untuk orang lain, melainkan demi diri sendiri.

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community














Monday, October 22, 2018 No komentar
Dari dulu aku suka menulis. Dimulainya sejak kapan, aku pun sudah tidak ingatlah lagi. Mungkin sejak Sekolah Dasar atau setelahnya.


Seingatku, aku memang menyukai pelajaran mengarang . Jika teman-teman menyelesaikan tugas mengarang asal-asalan saja, aku sebaliknya. Menjadikan kesempatan itu, untuk menuliskan apa saja yang ada di otakku.

Dari yang tadinya suka mengarang, lama kelamaan mulai menulis di buku diary. Awalnya, hanya sebagai tempat mencurahkan rasa suka terhadap seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, rasa yang di utarakan sudah merembet ke hal-hal lain, seperti melampiaskan rasa kecewa, marah dan sedih.

Dan pada saat Sekolah Menengah Atas, aku punya profesi baru, yaitu, sebagai penulis surat. Mengetahui kesukaanku pada menulis, membuat beberapa orang teman sengaja memanfaatkanku, untuk menulis surat buat pacarnya.

Antara senang dan merasa bersalah.

Senangnya, dengan menulis surat aku bebas menuangkan rayuan dan gombalan di kepala. Bukan kah kebanyakan perempuan begitu? Walaupun tahu dirinya di bohongi, tetap saja senang menerima gombalan.

Ya, sekalian saja di manfaatkan.

Di sisi lain. Membayangi, binar-binar bahagia si penerima surat yang ku tulis. Terbius dan mabuk kepayang, membaca kalimat demi kalimat di dalamnya. Melahirkan perasaan berdosa juga. Rasa  bersalah karena sudah menipu seseorang.

Senjata makan tuan

Puncak rasa tidak nyaman itu akhirnya mendatangiku.

Suatu ketika, temanku Fani minta tolong kepadaku menulis surat untuk seorang cewek, adik kelas kami, sebut saja namanya, Hani. Ceritanya, si Hani naksir Fani, tapi si Fani nggak bisa menerima cintanya, karena sudah punya pacar.

Intinya. Fani memintaku membuat surat penolakan cinta.

Aku menyanggupi permintaan itu dengan syarat, tulisan yang akan ku buat, jangan di jiplak mentah-mentah. Ambil intinya saja, namun, untuk gaya bertutur  harus di sesuaikan ala si pengirim. Dalam hal ini si Fani.

Apesnya, si Hani yang memang biasa curhat mengenai perasaannya terhadap Fani, membawa surat itu dan menyerahkannya kepadaku.

Kontan saja, membaca surat itu membuat aku syok bukan kepalang. Bayangkan, mengeja huruf demi huruf tulisan sendiri, ditambah menyaksikan raut kecewa di wajah, Hani. Sukses membuatku hampir muntah akibat rasa bersalah. Aih! Kenapa juga surat ini harus sampai ke tanganku? Lagian, kenapa juga si Fani tak menuruti perintahku, agar menyalin isi surat sesuai style-nya dia. Bukannya sampai titik koma di tiru juga. Ya, ampun. Mau pingsan rasanya

Akhirnya, aku berhenti menjadi penulis surat.

Sebagai gantinya, aku mulai menulis cerpen. Bukan dikirim ke majalah atau apa. Hanya untuk memenuhi tugas mading sekolah.

Seingatku, judul cerpennya, Balada Anak Kelas Dua. Mengangkat cerita berdasarkan kegiatan sehari-hari kami di kelas dua.

Tak dinyana, cerpen ini juga membawa masalah. Soalnya, teman sekelasku yang bernama, Totok, tersinggung dengan narasi buatanku. Dan tanpa tedeng aling-aling merobek karyaku.

Sontak, perbuatan itu membuat teman yang lain marah. Terutama mereka yang sudah bersusah payah menerbitkan mading itu.

Perang mulut pun terjadi.


Kali ini Kepala Sekolah, pak Santoso Adi turun tangan, menjadi juru damai antara kami dan Totok. Kesimpulannya, cerpenku hanya fiksi, si Totok tak perlu tersinggung dengan isinya. Sedangkan kepadaku, pak Santoso berpesan, agar terus berkarya tapi tetap berhati-hati dalam menerbitkan tulisan, supaya tidak menyinggung siapapun.

Itulah pengalaman menulisku yang tak terlupakan.

Meskipu belum pernah menghasilkan karya, aku akan terus menulis. Walau sedikit tertinggal, mengingat usiaku. Aku  tak keberatan. Bersedia untuk belajar lagi dan berproses, siapa tahu cita-citaku bisa melahirkan buku solo, menjadi kenyataan. Aamiin.

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community




Sunday, October 21, 2018 No komentar
Akhirnya jadi juga bikin donat untuk Danish. Padahal berjanjinya sejak dua hari lalu. Berhubung bahan-bahannya belum tersedia, ditambah si emak lagi terserang virus malas. Membuat eksekusi pembuatan donatnya baru dilakukan hari ini.


Semoga hasilnya tak mengecewakan.

Mengingat riwayat bebikinanku yang sering gagal. Aku harus menyiapkan hati, menghadapi segala kemungkinan. Jangan sampai gara-gara membikin donat justru terkena hipertensi.

Dulu, kupikir nge-baking itu mudah saja. Kurang lebih sama lah dengan belajar memasak. Yang penting bahan dan takarannya pas, pasti sukses. Pada prakteknya, tidak semudah yang kubayangkan juga. Nyatanya, tak terhitung berapa kali percobaanku gagal.

Hitung saja, sudah tiga kali membuat bolu gulung, hasilnya selalu tak sesuai harapan. Macam-macam problemnya, letak oven yang miring lah, durasi memanggangnya kurang lama lah, sampai kebanyakan mengolesi topping mengakibatkan rasa yang kelewat manis.

Itu belum termasuk dua kali gagal bikin cake orange. Membuat teman yang memberikan resep berseloroh, sedih ngeliat cake kesukaan anak-anaknya dirusak oleh tanganku. Hehe.


Dan masih banyak lagi yang gagal.

Padahal semua instruksi pembuatan sudah mengikuti perintah. Entah mengapa ada saja salahnya. Rasanya, mau menangis bergulung-gulung, dah. Lelah mental, bah!

Untungnya, pembuatan donat malam ini cukup sukses. Walaupun penampakannya kurang cantik, setidaknya adonan yang mengembang dengan baik, menghasilkan donat yang renyah.

Ya, lumayan lah!

#Postingan ini diikutsertakan pada one day one posting bersama Estrilook Community


Saturday, October 20, 2018 2 komentar
Dear Bloggers!

Sejak nge-blog lagi, hidupku terasa lebih menyenangkan.

Berbeda dengan media sosial yang lebih berisik. Blog itu ibarat rumah di komplek pemukimam yang tenang dan damai



Apalagi facebook sebagai media sosial yang paling sering ku gunakan. Akhir-akhir ini rasanya sudah tidak seru lagi.

Efek tahun politik, ya begini. Banyak orang mendadak berubah jadi pakar politik. Bahkan, emak-emak yang kegiatan hariannya berjibaku dengan sutil dan centong nasi, mendadak fasih ngomong politik. Walaupun pandangannya lebih banyak hasil nge-share pendapat orang lain, atau sekedar membeo sang junjungan.



Ya, tidak masalah. Ini, toh, negara demokrasi. Siapa saja bebas mengutarakan pendapat. Apalagi jika menyangkut pemilu yang merupakan kegiatan rutin lima tahun sekali. Wajar saja jika semua perhatian tertuju kesana.

Sayangnya, akhir-akhir ini suasana demokrasi kita ternodai, akibat gesekan politik para elit yang merambat hingga masyarakat bawah.

Hoax bertebaran seolah menjadi konsumsi harian, dimanfaatkan untuk menjatuhkan lawan. Perbuatan rendah yang tak tahu malu, menghalalkan segala cara digunakan demi mengungguli saingan. Ditambah saling sindir dan saling mengejek para pendukung yang berseberangan, adalah wajah demokrasi Negeriku sekarang.


Sungguh melelahkan ...

Tak pelak, situasi ini membuat rasa berbangsa dan bernegara tidak nyaman.

Soal dukung mendukung kandidat tidak salah. Yang salah itu caranya. Kedua kandidat dan pendukung mereka, bukannya perang gagasan, malah berlomba-lomba membongkar aib dan kelemahan lawan. Betul-betul suguhan politik yang memuakkan.

Entah apa maunya orang-orang ini.

Bayangkan. Kita diam saja di sindir juga. Di cap sebagai manusia anti politik yang tidak perduli keadaan bangsa. Seolah-olah hanya mereka yang siang malam memikirkan Negeri ini.

Omong kosong ...

Tuduhan sepihak yang sok tahu. Tahu apa mereka mengenai beratnya merawat kedamaian. Bersabar menghadapi orang-orang yang hatinya diliputi kebencian terhadap sesama anak negeri. Menahan diri dari orang-orang seperti mereka.

Aku atau kami tetap diam. Semata-mata karena di tengah-tengah orang penuh kemarahan ini, harus ada yang tetap menjaga kewarasan otaknya. Tidak membalas hinaan dan kenyinyiran demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Terlalu mahal harganya, demi mendorong terwujudnya tujuan politik seseorang harus mengorbankan keutuhan Negara. Memangnya Indonesia ini milik nenek moyangmu saja.

No way ...

Indonesia milik bersama. Dan sudah kewajiban anak Negeri menjaga keutuhannya.


Karena dibanding meladeni orang egois yang merasa pandangan politiknya paling benar. Negara lebih penting, persatuan dan kesatuan itu yang utama.

Tidak ada jalan lain. Demi menjaga kesehatan pikiran dan perasaan. Untuk sementara teman-teman yang selalu nyolot memaksakan pendapat politiknya, di unfollow saja sampai pemilu selesai. Berteman lagi kalau situasi sudah kembali tenang

Semoga situasi ini cepat berlalu. Negaraku tercinta kembali damai. Aamiin.


#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community



Friday, October 19, 2018 No komentar
Hallo, dears!

Kemaren, Danish dan abahnya kurang semangat makan. Rupanya, menu ikan tuna di masak kuning, yang kubuat kurang membangkitkan selera mereka. Di tambah, tidak tersedianya sayur berkuah, membuat si abah hanya makan sekedarnya saja.



Si Danish parah lagi. Sarapan pagi cuma sekitar 6 suap, nggak mau nambah lagi. Meskipun sudah di bujuk-bujuk dia tetap bersikeras berhenti makan. Bahkan, keengganannya bertahan hingga malam hari.

Aduh. Pasti gara-gara menunya bukan seleranya! Memang, sudah berapa kali Danish minta dibuatkan udang goreng tepung, tapi karena si emaknya yang sok sibuk, lupa terus meluluskan permintaannya itu.

Kejadianlah, ya. Seharian dia cuma makan sekali saja. Itu pun cuma sedikit. Padahal, biasanya Danish makan 2-3x sehari.

Untungnya, si abah membelikan kue terang bulan (martabak manis) dan martabak telor. Lumayanlah, buat cemilan kami dan pengisi perut Danish yang lagi mogok makan nasi.


Demi memulihkan selera dua lelakiku itu, aku bertanya kepada si abah. Besok minta dibuatkan sayur apa?

Sayur karuh aja, kata abah, plus jangan lupa belikan ikan patin sungai, buat campuran sayur supaya rasanya lebih mantap.

Okelah. Hari ini si emak ke pasar untuk membeli bahan-bahan sayur karuh.

Setelah hunting sana sini, berhasil juga menemukan jantung pisang, kangkung dan ubi keladi.

Biasanya, jenis sayuran untuk membuat sayur karuh itu terdiri dari, jantung pisang, kangkung, ubi keladi atau singkong dan daun susuban. Sayangnya, daun susubannya nggak ada yang jual. Jadi, bagiannya susuban di skip saja.

Memang sudah rezeki, ikan patin sungai pesanannya abah kebetulan lagi ada, dengan harga lebih murah pula dibanding 3 hari lalu. Yaitu, hanya Rp. 100.000,-/kg, sedangkan beberapa hari sebelumnya, harganya Rp 150.000,-/kg

Ikan patin sungai memang lebih mahal dibanding yang budidaya, tapi harga segitu sesuai saja dengan keadaanya, dagingnya manis dan aromanya, sama sekali tidak amis. Makanya, meskipun harganya lebih mahal, patin sungai tetap diburu warga Muara Teweh.
Sedangkan untuk bumbu sayur karuhnya, aku menggunakan bawang merah, bawang putih, kunyit sedikit, laos di geprek, sereh di geprek, sedikit terasi dan setengah biji buah keminting.

Semua bumbu di haluskan kecuali yang di geprek, kemudian dimasukan ke dalam panci yang sudah terisi jantung pisang, ubi keladi, 2 fillet ikan patin sungai, dan santan encer. Masak sampai mendidih, masukkan santan kental dan kangkung, garam dan gula, tunggu hingga matang, tes rasa, selesai.

Jadilah, sayur karuh salah satu menu favorit si abah.


Oke, semua. Enjoy your meals ya...

#Postingan ini diikutsertakan pada one day one posting bersama Estrilook Community




Thursday, October 18, 2018 No komentar
Hallo Blogger...

Dua hari yang lalu, seperti biasa aku pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Salah satu dari sekian hal, yang menyenangkan tinggal di Teweh , kita masih bisa ketemu beberapa jenis sayuran tempo dulu. Sayuran yang biasa di konsumsi saat masih kecil, yang saat ini keberadaannya sudah mulai langka. Walaupun tidak semua sayuran itu disukai, tetap saja aku suka melihatnya. Bagiku, ini bukan hanya soal rasanya, melainkan cerita dan kenangan dibaliknya yang berharga.

Baiklah. Di bawah ini ada beberapa jenis sayuran masa lalu, yang syukurnya masih bisa kutemui saat ini. Diantaranya:

1. Umbut Jua



Sebagian orang  ada yang menyebut umbut jua ini sebagai umbut rotan. Tapi kalau di kampung kami, orang-orang biasa menyebutnya umbut jua. Umbut ini rasanya pahit banget, ya. Pahitnya sengak.Tapi entah kenapa banyak yang suka, terutama para tetua.

Cara mengolahnya sederhana saja, ada yang di sayur dengan bumbu-bumbu atau hanya di tumis biasa. Kalau dikeluarga kami, biasanya cuma di tumis pake bawang merah dan putih saja. Para orang tua nggak suka diberi banyak bumbu. Katanya, sih, takut menenggelamkan rasa asli dari si umbut. Apa itu alasan yang sebenarnya, entahlah! Hanya Allah dan mereka yang tahu.

Anehnya, menurut mamak dan nenek ada rasa manis dibalik kepahitan rasanya. Pernyataan yang sukses membuat aku tak habis pikir. Manis apanya. Lha wong, pahitnya begitu. Di mana letak manisnya?

Suatu ketika, untuk membuktikan omongannya mamak dan nenek, aku mencoba memasak si umbut sendiri. Sebelumnya, aku memang belum pernah memberi kesempatan si pahit ini masuk dalam daftar hidanganku. Alasannya, ya, karena nggak kuat sama rasa pahitnya. Aku sengaja menambah cabe yang banyak, maksudnya untuk mengurangi rasa pahitnya. Pas di icip. Ah! Dikira pahitnya berkurang. Ternyata, tetap aja sengak. Suamiku bahkan cuma menyantap secubit dua cubit, nggak mau nambah lagi. Menurutnya, aku kurang berhasil membuat si umbut layak di makan. Di tanganku taste-nya malah semakin ancur. Aduhai!

2. Sawi Pahit (Jabung)

Aku suka sawi. Tapi, dari semua variannya, sawi pahit ini yang ter-favorit. Kalau di kampungku, kami menyebutnya jabung.

Jabung ini rasanya pahit tapi tak sepahit umbut jua. Kurang lebih seperti pare aja. Jadi, pahitnya masih enak lah.

Dulu, waktu zaman aku masih kecil, kami tidak setiap saat bisa mengkonsumsi jabung ini. Ada semacam kebiasaan tak tertulis, jabung, bayam, bayam merah dan jagung adalah sayuran yang di tanam berbarengan dengan saat menugal saja. Entah mengapa hampir tak ada  (kalau pun ada, hanya satu dua orang) orang kampung kami yang menanam sayur-sayuran ini diluar jadwal berladang padi. Makanya, sayur-sayuran ini identik dengan sayuran ladang.

Dan bagiku, jabung ini tak hanya sekedar hidangan pelengkap nasi, lebih dari pada itu, menyantapnya membuat aku tetap terhubung dengan kenangan indah masa lalu. Masa kanak-kanak, saat sering bermain di ladang atau hutan.

Untuk cara mengolah jabung ini gampang ya, tinggal di lalap mentah, di rebus atau di tumis. Dan jangan lupa banyakin cabe pas numisnya, di jamin rasanya enak banget.


Okeh. Untuk sementara, sayuran kampung dan cerita dibaliknya yang di ekspos, cuma dua macam aja, ya, sisanya insyaallah di lanjut lain kali...

Emak mau istirahat dulu

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community
Wednesday, October 17, 2018 No komentar
Hi, dears!

Cerita lagi ya...

Hari ini aku nggak ke pasar. Kebetulan persediaan ikan dan sayur, hasil oprek pasar kemaren masih ada. Setelah menghangatkan nasi untuk sarapan suami, aku minta izin untuk kembali ke tempat tidur.

Jika ada hal yang paling ku sukai menyangkut status pengangguranku. Maka saat-saat seperti inilah yang ku maksud. Memeriksa to do list yang harus ditunaikan hari ini, sambil menunggu Danish, putra semata wayangku, yang berusia 4,5 tahun  bangun tidur.

Aku senang menikmati momen intim kami, manakala Danish membuka mata, yang terlihat pertama kali adalah wajah emaknya. " Mamak" panggilnya lembut dengan raut berseri. Bahagia, karena sang emak ada disampingnya.


Kalo sudah begini. Aku akan mengabaikan semua tugas sepenting apapun, untuk sejenak bercengkerama dengannya. Kami berguling-guling di tempat tidur sambil tertawa dan saling menggoda. " Danish bau asem, tapi mamak suka cium, Danish"  godaku, sambil memeluk dan menciumnya sepuas hatiku. Biasanya, dia akan berkata " banyak-banyak, Mak, ciumnya" menandakan kalau dia juga senang dengan ritual pagi kami.


Kegiatan ini, biasanya memakan waktu 15-30 menit, sebelum akhirnya Danish harus mandi dan selanjutnya sarapan pagi.

Walaupun profesi ibu rumah tangga kurang dihargai oleh beberapa orang. Aku tetap merasa diriku beruntung. Menjadi pengangguran justru memberiku banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak. Bisa memeluk dan menciumnya sesering yang kumau, adalah kenikmatan yang terus ku syukuri.

Apalagi mengingat, 9 tahun adalah penantian panjang kami untuk mendapatkan anak. Membuat komentar miring orang tentang pilihanku menjadi ibu rumah tangga, menjadi tak berarti.

Biarlah mereka berkata apa. Menganggap keputusan yang ku ambil kurang populer untuk zaman ini. Yang penting, sebagai orang yang menjalaninya, aku tidak keberatan sama sekali.

Hidup, toh, pilihan. Mau mengambil peran seperti apa, tergantung yang bersangkutan saja. Karena sejatinya, nyaman di orang lain belum tentu enak di kita. Dan yang bagus terlihat belum tentu nyaman dirasa. Yang penting terus berusaha hidup dalam ketaatan, dan tidak mengabaikan kebahagiaan diri sendiri.


Begitu aja, ya, Mak. Semoga semua emak di dunia hidupnya happy...

#Postingan ini diikutsertakan dalam tantangan one day one posting bersama Estrilook Community



Tuesday, October 16, 2018 No komentar
Dear Bloggers!

Selamat datang di blog aku ya ...

Mau cerita dulu ni...

Tugas ibu rumah tangga itu sejujurnya nggak berat-berat amat, tapi kalo dikatakan membosankan, iya. Karena yang di kerjakan dari bangun tidur sampai tidur lagi, ya itu-itu saja. Beberes rumah, memasak, ngurus anak, mencuci, melipat dll. Aktivitasnya berputar-putar disitu saja.

Kegiatannya monoton dan rentan membuat stress.

Makanya, kalau ada keterampilan penting yang harus dimiliki para emak, adalah kemampuan untuk selalu merasa bahagia. Dalam artian si emak wajib mengetahui dan menguasai cara membahagiakan dirinya sendiri.

Soal metodenya bagaimana terserah masing-masing orang.

Nah, kalau aku, ada 4 aktivitas yang terbukti cukup membantuku melewati saat-saat membosankan ketika menjadi ibu rumah tangga.

1. Nonton

Aku suka nonton. Soal jenis tontonan yang sering dinikmati, ya tergantung apa yang tersedia saja. Adanya film hollywood ya nonton hollywood. Kalo pun, toh, adanya cuma film India, meski harus bersabar dengan lagu-lagu dan adegan peluk tiang listrik itu ya hajar saja lah. Yang penting nonton. Sedangkan, untuk jenis tontonan yang paling sering dinikmati, yaitu drama korea.



Jika ada yang bertanya, mengapa aku suka nonton drama korea? Sebenarnya, aku pun bingung harus menjawab apa, karena memang nggak ada alasan khusus.

Aku ini ibu rumah tangga, menonton untuk mencari hiburan.

Aktor dan aktrisnya ganteng dan cantik-cantik, dengan kemampuan akting yang lumayan serta jalan cerita yang nggak muter kesana kemari. Cukuplah sebagai alasan kalau drama korea itu, menghibur! Bukankah, tujuan nonton film atau drama memang untuk mencari hiburan? Soal ada nilai-nilai kebaikan yang bisa di petik, itu urusan kesekian. Prinsipnya, jika hendak mencari moral value, jangan nyari di drama, tapi nonton aja ceramah agama. Pasti ketemu, dah.

2. Membaca

Aku lumayan suka membaca. Tapi, bukan buku yang berat-berat juga, sih. Aku hanya membaca buku-buku yang mudah diserap otakku atau sekalian saja bacaan yang menghibur. Biasanya, kalau pergi ke toko buku, aku akan membeli 3 macam buku yang ku klasifikasikan kedalam 3 tingkatan. Bacaan ringan seperti novel, bacaan sedang semisal buku-buku ilmiah populer, dan untuk bacaan beratnya, aku biasanya membeli buku agama.


Aku suka banget baca novel. Kebiasaanku kalau lagi malas membaca buku yang berat-berat, atau pas lagi ingin memanjakan diri, aku baca novel. Dan genre yang paling ku sukai adalah novel historical romance, cerita dengan latar kehidupan tempo dulu. Sedangkan salah satu novel kesukaanku adalah pride and prejudice karyanya Jane Austen.

Suatu ketika aku pernah membaca novel sambil di temani setumpuk tisu bekas pakai. Membuat suamiku yang baru pulang dari kantor merasa bingung bercampur was-was. Ada apa gerangan? Mengapa banyak sekali tisu bekas pakai berserakan. Dan makin bingung saat menatap wajah istrinya, Mengapa matanya sembab? Macam habis nangis meraung-raung. Ada apa? Manakala tahu istrinya habis nangis gara-gara baca novel, dia tak mampu lagi menahan diri. Suamiku tertawa terbahak-bahak, sambil berujar " kalo melihat muka sembabmu itu, mana ada yang menyangka kamu lagi baca novel,  yang ada orang malah mengira dirimu habis di gebuk suami "

Dan aku yakin kesukaanku pada novel sebagai salah satu penyebab aku nggak lulus tes CPNS. Ceritanya, aku ikut tes CPNS di Kabupaten Paser dan sedang menjawab soal-soal psikotest. Terhanyut dengan pertanyaan jebakan yang melenakan. Sampailah aku pada pertanyaan begini. Apa jenis buku yang anda sukai? Dan tanpa ragu, aku memberikan jawaban terjujurku. Yaitu, Novel. Jawaban yang sukses membuat namaku tidak nongol di papan pengumuman kelulusan. Hiks

3. Menulis

Menulis salah satu hobi yang ku sukai sejak dulu, tapi tidak pernah ku tekuni dengan serius. Alih-alih belajar sungguh-sungguh tentang menulis, aku malah sibuk gonta-ganti bisnis yang justru terbukti bukan bidangku, dan mengabaikan saja kebiasaanku menulis. Alhasil, ya seperti ini. Aku tidak sampai kemana-mana. Bisnis tak kunjung sukses dan kemampuan menulisku pun jalan di tempat.

Padahal, kalau mau menengok sejenak kedalam hati, aku pasti akan mendapati, bahwa menulis adalah satu-satunya bidang yang justru sudah kulakukan sejak dulu.

Buatku, menulis itu selain menyenangkan juga bisa sebagai sarana penyembuhan. Tidak semua, lho, apa yang kita rasakan harus di utarakan. Apalagi, jika berkaitan dengan pelepasan emosi negatif seperti marah atau kecewa. Untuk alasan-alasan tertentu, dari pada dibicarakan biasanya lebih memilih diam. Nah! Kalau sudah begini, rasa yang ada dalam dada lebih baik ditulis saja. Dari pada jadi penyakit. Mau isinya sumpah serapah atau sanjungan setinggi langit, selama bentuknya masih tulisan, dan tidak sampai ke tangan orang yang dimaksud, ya terserah aja. Namanya juga melampiaskan uneg-uneg.  Ya, suka-sukanya kita ajalah.

4. Memasak/ bebikinan

Sama seperti ketiga hobiku yang sebelumnya, memasak juga membuatku bahagia. Percayalah! Saat hati terasa berat, dan berlalunya hari terasa melelahkan. Tidak ada yang lebih tepat membayar semua itu, kecuali makanan enak.
Dan mau makan enak ya harus masak.


Walau percobaan dapurku sering gagal. Cake yang selalu bantat, masakan yang keasinan, kebanyakan atau kekurangan bumbu. Aku tetap suka memasak. Memasak itu buatku, ibarat rekreasi. Apalagi kalau bebikinannya sukses, dan orang-orang yang menyantapnya suka. Wah! Rasanya puaaas banget.  Happy-lah pokoknya.


Oke ya, dears. Itu 4 aktivitas yang membantuku tetap happy walau hanya menjadi ibu rumah tangga. Mari kita gali kebahagiaan kita masing-masing dengan fokus pada apa yang kita sukai, dan tidak menjadikan hidup orang lain sebagai standar kebahagiaan. Selamat berbahagia ya

Photo Credit : pexels.com

#Postingan ini diikutsertakan dalam tantangan yang diselenggarakan oleh Estrilook Community

Monday, October 15, 2018 2 komentar
Dear Bloggers!

Untuk menjawab tantangan dari Estrilook, pada hari kedua ini, aku akan menceritakan tentang rumah lanting.

Apa itu rumah lanting?

Rumah lanting adalah rumah rakit tradisional, dengan pondasi mengapung yang tersusun dari batang kayu gelondongan. Agar rumah ini tidak hanyut, biasanya diikat pada tiang kayu yang menancap didasar sungai.



Rumah lanting ini biasanya banyak dijumpai di sepanjang sungai-sungai di Kalimantan, seperti sungai Martapura, Kahayan, Barito, Sambas dan sungai musi Di Palembang, Sumatera Selatan. Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Lanting

Keberadaannya, tak lepas dari peranan sungai yang menjadi pusat kehidupan masyarakat zaman dulu. Ketika alat transportasi darat masih sedikit, transportasi airlah yang banyak digunakan. Dan dari sanalah, rumah lanting ini bermunculan.


Sebenarnya, dulu pun sudah pernah melihat rumah lanting ini. Tapi, pas pindah ke Muara Teweh baru betul-betul tertarik  memperhatikannya secara serius.

Yang asyiknya, keadaan rumah lanting ini tergantung sama kondisi sungai tempatnya mengapung. Kadang dia oleng, bergoyang-goyang, terombang-ambing kalau ada kapal atau speedboat yang melintas.

Bahkan, hanya dengan melihat kondisi rumah lanting, kita langsung tahu apakah air sungai sedang surut atau lagi pasang. Kalau lagi pasang, rumahnya mudah terlihat dari jalan raya, yang berada di tepi sungai.

Namun sebaliknya, kala air sungai sedang surut. Kita tidak bisa lagi melihat rumah lanting dari jalan raya. Kalau mau juga melihatnya, kita harus berjalan ke pinggir sungai karena si rumah yang menjorok ke bawah.


Suami bahkan pernah berujar, kalau hidup sendiri di Teweh ( tidak diiringi anak istri ) lebih memilih untuk tinggal di rumah lanting. Buka jendela atau pun pintu langsung berhadapan dengan air, laksana  hidup di surga bagi dia punya hobi memancing.

Tentu saja, kalau hidup sendiri, pilihan itu terdengar menarik. Tidak bakal kesulitan air untuk nyuci, mandi maupun buang air. Akan tetapi, ide itu terdengar ngeri-ngeri sedap bagi keluarga yang punya anak kecil. Apalagi anaknya aktif luar biasa macam Danish. Takutnya, lengah sedikit si anak sudah nyemplung aja kedalam air. Hiii! Lebih baik tinggal di daratan sajalah, dari pada kenapa-kenapa nantinya.

Kehidupan di rumah lanting sama dengan kehidupan di daratan. Ada juga yang berjualan. Mulai jualan kelontongan hingga makanan.

Suatu ketika, aku pernah melihat seorang ibu hendak menuju rumah lanting sehabis belanja. Tak kurang, berbotol-botol soft drink, berdus-dus mie instant, berpak-pak snack ringan adalah isi belanjaannya.

Dalam hati, aku membatin "gimana caranya si ibu membawa belanjaan segini banyaknya? Apa di angkut pakai jukung, atau bagaimana?

Ternyata, cara mengangkut semua belanjaan itu, dengan menggunakan jasa ojek rakit. Tepatnya semi rakit, sih. Mengapa ku katakan semi rakit. Karena rakitnya itu hanya terdiri dari dua bilah papan agak besar yang dilekatkan di atas kayu gelondongan sebagai pelampungnya.

Cara mengoperasikannya, ya seperti menjalankan rakit.

Sempat deg-degan melihat si rakit yang sarat muatan. Kadang oleng ke kiri dan ke kanan, kadang terlihat hampir terbawa arus yang deras. Untungnya, si pengemudi terlihat berpengalaman, sehingga barang-barang yang banyak itu selamat sampai tujuan. Syukur alhamdulillah. Yang nonton pun ikutan lega. Hehe!

Sayangnya, pas si rakit oleng karena sarat muatan nggak sempat diabadikan. Akunya, terlampau terpesona sampai lupa ngambil kamera. Hadeh!

Oiya, di Muara Teweh pos polisinya ada yang berbentuk rumah lanting juga, lho. Asyik, ya😊



Ulasan mengenai rumah lantingnya, sudah dulu ya, lain kali disambung dengan cerita yang berbeda.

#postingan ini diikutsertakan pada tantanga one day one posting, yang di selenggarakan oleh Estrilook Community


Sunday, October 14, 2018 No komentar
Dear Bloggers!

Kali ini aku mau cerita sedikit tentang kota tempat tinggalku saat ini, ya.

Sudah dua tahun kami pindah ke Muara Teweh, yaitu, salah satu Kabupaten di Kalimantan Tengah yang ibukotanya, Barito Utara. Kepindahan itu sendiri karena mengikuti suami yang mutasi.



Tadinya, sempat terlintas dalam hati, tak ingin berdomisili di Muara Teweh. Alasannya, karena letaknya yang berada dipojok serba jauh dari mana-mana, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kota. Bahkan untuk tiba di Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah saja, harus menempuh perjalanan sekitar 7-9 jam. Lumayan capek.

Namun, takdir rupanya berkata lain. Pada saat hasil TPM ( tim promosi dan mutasi) suami keluar. Ternyata, Muara Teweh adalah tempat menuju yang tertera di SK suami.

Ya, mau gimana lagi.

Meskipun sempat kecewa sedikit, kami berbaik sangka saja. Karena, kepindahan terjadi secara alami, dalam artian suami tidak mengurus kepindahan ini, melainkan menyerahkannya saja kepada negara. Berarti tertulisnya Muara Teweh sebagai tanah air berikutnya adalah bagian dari rencanaNYA. Jadi, ya ikhlasi sajalah. Karena rencana Allah pasti yang terbaik.

Kemudian, sebulan setelah menerima SK, tepatnya bulan Februari 2016 kami pun pindah ke Muara Teweh. Tanah harapan yang baru.

Dan, ketika tiba di sini kami baru tahu, kalau jarak tempuh jika hendak mudik ke desa Sawit Jaya kampung halamanku di Kalimantan Timur sana, atau pulang kampung ke Martapura kampungnya suami di Kalimantan Selatan, ternyata hampir sama. Memakan waktu sekitar 8-10 jam perjalanan.

Berarti kami berada di tengah-tengan, antara Kalimantan Timur dan Selatan. Subhanallah. Maha Adil Allah yang memilihkan tempat ini sebagai tempat tinggal kami.

Kesan pertama. Kotanya memang lebih kecil di banding Singkawang, tempat tinggal kami sebelumnya. Tapi bersih dan rapi. Deretan pepohonan hijau yang banyak menghiasi sisi jalan membuat suasana terasa adem.

Kota Muara Teweh itu tenang dan damai. Dengan udaranya bersih, hampir-hampir tidak ada polusi. Kecuali, pas musim kemarau ada yang bakar hutan, baru udaranya terasa menyesakkan, karena asap. Diluar itu, udaranya bersih dan segar.

Disamping suasana kotanya yang nyaman. Yang tak kalah penting juga, di Muara Teweh kebutuhan hidup terjangkau. Kebutuhan akan sayur dan ikan sungai, melimpah. Sayur-sayuran yang biasa dikonsumsi saat masih kecil, dan keberadaannya mulai langka seperti, terong asam, sawi pahit (jabung), umbut riwak (juak) yang pahit, bayam merah, masih banyak di jual disini.

Belum lagi ikannya. Sungai Barito yang mengalir mengintari sebagian kota Teweh, merupakan rumah berbagai jenis ikan, penyedia sumber protein yang sehat. Disini kita akan menemukan banyak ikan sungai besar seperti, Jelawat, tapah, lawang, patin sungai dll. Selain rasa dagingnya yang manis, baunya pun tidak amis. Jadi, cukup di olah dengan cara di panggang, di goreng atau di tim dengan bumbu minimalis sudah terasa enak.



Yang terakhir soal kuliner. Untuk kuliner di Muara Teweh tak berbeda jauh dengan daerah asal kami, Kalimantan Timur dan suami yang berasal dari Martapura, Kalimantan Selatan.

Kontra dengan tempat tinggal kami sebelumnya, yang selera makanannya banyak yang tidak cocok di lidah.

Muara Teweh sebaliknya, berhubung sebagian penduduknya adalah orang banjar, sehingga menu orang banjar seperti soto banjar, pais patin, sayur karuh, sayur asam banjar, itik panggang, nasi kuning ikan haruan banyak dijual di tempat ini. Makanya, kuliner daerah sini langsung cocok dengan selera kami.


Demikianlah, tempat yang tadinya kurang kami minati, justru menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Dan jangan lupa, kota ini juga yang bertanggung jawab terhadap kenaikan berat badanku. Saking banyaknya makanan enak disini, bobotku langsung melonjak dari 53kg menjadi 60kg selama dua tahun hidup di Teweh. Membuat perasaan jadi mendua, bahagia dengan keadaan kota ini, disisi lain sedih juga, karena timbangan yang tak kunjung ke kiri. Hiks! Oh, tidak!

Okeh, sekian dulu cerita dariku ya. Salam dari Muara Teweh buat semua.

#Postingan ini diikutsertakan dalam one day one post bersama Estrilook Community


Saturday, October 13, 2018 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me
Hai, nama saya Golde. Saya IRT satu orang putra, yang serius menekuni dunia menulis sejak tahun 2018. Saya telah menulis sebuah buku solo, beberapa buah antologi, dan menjadi penulis artikel lepas untuk media online.

Follow Us

Labels

about me Aktivitas Blogging Cerbung Cerpen Cooking Curhatku Drama Korea Family Food Inspirasi Kesehatan Keuangan kontak saya Movie Parenting Prosa Review Training Traveling Writing

recent posts

Total Pageviews

Blog Archive

  • ►  2020 (10)
    • ►  October (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (70)
    • ►  September (1)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (15)
    • ►  February (10)
    • ►  January (30)
  • ▼  2018 (25)
    • ▼  November (4)
      • Cerita dibalik Antologi Perdanaku
      • Sayur Kampung 2
      • Cacapan
      • Mandai
    • ►  October (21)
      • Hari Terakhir Tantangan One Day One Posting Estrilook
      • Sup Tulang
      • Renungan Kematian
      • 6 Alasan Orang Berutang
      • Pengalaman ikut kelas Menulis Artikel
      • Manfaat Menulis Bagi Kesehatan
      • Tips Menulis Bagi Pemula
      • Writer Block
      • Kendala itu bernama Manajemen Waktu
      • Perjuangan Agar Konsisten Menulis
      • Aku dan Menulis
      • Momok itu Bernama Bantat
      • Damai Negeriku, Damai Bangsaku
      • Makan Enak
      • Sayuran Kampung
      • Hidup itu Pilihan
      • 4 Aktivitas Yang Membuatku Tetap Bahagia
      • Rumah Lanting
      • Muara Teweh
  • ►  2017 (2)
    • ►  November (2)

One Day One Post Estrilook

One Day One Post Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Followers

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose