Rumah Lanting

by - Sunday, October 14, 2018

Dear Bloggers!

Untuk menjawab tantangan dari Estrilook, pada hari kedua ini, aku akan menceritakan tentang rumah lanting.

Apa itu rumah lanting?

Rumah lanting adalah rumah rakit tradisional, dengan pondasi mengapung yang tersusun dari batang kayu gelondongan. Agar rumah ini tidak hanyut, biasanya diikat pada tiang kayu yang menancap didasar sungai.



Rumah lanting ini biasanya banyak dijumpai di sepanjang sungai-sungai di Kalimantan, seperti sungai Martapura, Kahayan, Barito, Sambas dan sungai musi Di Palembang, Sumatera Selatan. Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Lanting

Keberadaannya, tak lepas dari peranan sungai yang menjadi pusat kehidupan masyarakat zaman dulu. Ketika alat transportasi darat masih sedikit, transportasi airlah yang banyak digunakan. Dan dari sanalah, rumah lanting ini bermunculan.


Sebenarnya, dulu pun sudah pernah melihat rumah lanting ini. Tapi, pas pindah ke Muara Teweh baru betul-betul tertarik  memperhatikannya secara serius.

Yang asyiknya, keadaan rumah lanting ini tergantung sama kondisi sungai tempatnya mengapung. Kadang dia oleng, bergoyang-goyang, terombang-ambing kalau ada kapal atau speedboat yang melintas.

Bahkan, hanya dengan melihat kondisi rumah lanting, kita langsung tahu apakah air sungai sedang surut atau lagi pasang. Kalau lagi pasang, rumahnya mudah terlihat dari jalan raya, yang berada di tepi sungai.

Namun sebaliknya, kala air sungai sedang surut. Kita tidak bisa lagi melihat rumah lanting dari jalan raya. Kalau mau juga melihatnya, kita harus berjalan ke pinggir sungai karena si rumah yang menjorok ke bawah.


Suami bahkan pernah berujar, kalau hidup sendiri di Teweh ( tidak diiringi anak istri ) lebih memilih untuk tinggal di rumah lanting. Buka jendela atau pun pintu langsung berhadapan dengan air, laksana  hidup di surga bagi dia punya hobi memancing.

Tentu saja, kalau hidup sendiri, pilihan itu terdengar menarik. Tidak bakal kesulitan air untuk nyuci, mandi maupun buang air. Akan tetapi, ide itu terdengar ngeri-ngeri sedap bagi keluarga yang punya anak kecil. Apalagi anaknya aktif luar biasa macam Danish. Takutnya, lengah sedikit si anak sudah nyemplung aja kedalam air. Hiii! Lebih baik tinggal di daratan sajalah, dari pada kenapa-kenapa nantinya.

Kehidupan di rumah lanting sama dengan kehidupan di daratan. Ada juga yang berjualan. Mulai jualan kelontongan hingga makanan.

Suatu ketika, aku pernah melihat seorang ibu hendak menuju rumah lanting sehabis belanja. Tak kurang, berbotol-botol soft drink, berdus-dus mie instant, berpak-pak snack ringan adalah isi belanjaannya.

Dalam hati, aku membatin "gimana caranya si ibu membawa belanjaan segini banyaknya? Apa di angkut pakai jukung, atau bagaimana?

Ternyata, cara mengangkut semua belanjaan itu, dengan menggunakan jasa ojek rakit. Tepatnya semi rakit, sih. Mengapa ku katakan semi rakit. Karena rakitnya itu hanya terdiri dari dua bilah papan agak besar yang dilekatkan di atas kayu gelondongan sebagai pelampungnya.

Cara mengoperasikannya, ya seperti menjalankan rakit.

Sempat deg-degan melihat si rakit yang sarat muatan. Kadang oleng ke kiri dan ke kanan, kadang terlihat hampir terbawa arus yang deras. Untungnya, si pengemudi terlihat berpengalaman, sehingga barang-barang yang banyak itu selamat sampai tujuan. Syukur alhamdulillah. Yang nonton pun ikutan lega. Hehe!

Sayangnya, pas si rakit oleng karena sarat muatan nggak sempat diabadikan. Akunya, terlampau terpesona sampai lupa ngambil kamera. Hadeh!

Oiya, di Muara Teweh pos polisinya ada yang berbentuk rumah lanting juga, lho. Asyik, ya😊



Ulasan mengenai rumah lantingnya, sudah dulu ya, lain kali disambung dengan cerita yang berbeda.

#postingan ini diikutsertakan pada tantanga one day one posting, yang di selenggarakan oleh Estrilook Community


You May Also Like

0 komentar