Damai Negeriku, Damai Bangsaku

by - Friday, October 19, 2018

Dear Bloggers!

Sejak nge-blog lagi, hidupku terasa lebih menyenangkan.

Berbeda dengan media sosial yang lebih berisik. Blog itu ibarat rumah di komplek pemukimam yang tenang dan damai



Apalagi facebook sebagai media sosial yang paling sering ku gunakan. Akhir-akhir ini rasanya sudah tidak seru lagi.

Efek tahun politik, ya begini. Banyak orang mendadak berubah jadi pakar politik. Bahkan, emak-emak yang kegiatan hariannya berjibaku dengan sutil dan centong nasi, mendadak fasih ngomong politik. Walaupun pandangannya lebih banyak hasil nge-share pendapat orang lain, atau sekedar membeo sang junjungan.



Ya, tidak masalah. Ini, toh, negara demokrasi. Siapa saja bebas mengutarakan pendapat. Apalagi jika menyangkut pemilu yang merupakan kegiatan rutin lima tahun sekali. Wajar saja jika semua perhatian tertuju kesana.

Sayangnya, akhir-akhir ini suasana demokrasi kita ternodai, akibat gesekan politik para elit yang merambat hingga masyarakat bawah.

Hoax bertebaran seolah menjadi konsumsi harian, dimanfaatkan untuk menjatuhkan lawan. Perbuatan rendah yang tak tahu malu, menghalalkan segala cara digunakan demi mengungguli saingan. Ditambah saling sindir dan saling mengejek para pendukung yang berseberangan, adalah wajah demokrasi Negeriku sekarang.


Sungguh melelahkan ...

Tak pelak, situasi ini membuat rasa berbangsa dan bernegara tidak nyaman.

Soal dukung mendukung kandidat tidak salah. Yang salah itu caranya. Kedua kandidat dan pendukung mereka, bukannya perang gagasan, malah berlomba-lomba membongkar aib dan kelemahan lawan. Betul-betul suguhan politik yang memuakkan.

Entah apa maunya orang-orang ini.

Bayangkan. Kita diam saja di sindir juga. Di cap sebagai manusia anti politik yang tidak perduli keadaan bangsa. Seolah-olah hanya mereka yang siang malam memikirkan Negeri ini.

Omong kosong ...

Tuduhan sepihak yang sok tahu. Tahu apa mereka mengenai beratnya merawat kedamaian. Bersabar menghadapi orang-orang yang hatinya diliputi kebencian terhadap sesama anak negeri. Menahan diri dari orang-orang seperti mereka.

Aku atau kami tetap diam. Semata-mata karena di tengah-tengah orang penuh kemarahan ini, harus ada yang tetap menjaga kewarasan otaknya. Tidak membalas hinaan dan kenyinyiran demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Terlalu mahal harganya, demi mendorong terwujudnya tujuan politik seseorang harus mengorbankan keutuhan Negara. Memangnya Indonesia ini milik nenek moyangmu saja.

No way ...

Indonesia milik bersama. Dan sudah kewajiban anak Negeri menjaga keutuhannya.


Karena dibanding meladeni orang egois yang merasa pandangan politiknya paling benar. Negara lebih penting, persatuan dan kesatuan itu yang utama.

Tidak ada jalan lain. Demi menjaga kesehatan pikiran dan perasaan. Untuk sementara teman-teman yang selalu nyolot memaksakan pendapat politiknya, di unfollow saja sampai pemilu selesai. Berteman lagi kalau situasi sudah kembali tenang

Semoga situasi ini cepat berlalu. Negaraku tercinta kembali damai. Aamiin.


#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan one day one posting bersama Estrilook Community



You May Also Like

0 komentar