Resensi Novel Perempuan di Titik Nol

by - Monday, March 18, 2019

Sumber Foto.Google Play buku

Judul Buku : Perempuan di Titik Nol
Penerbit      : Yayasan Pustaka Obor
Pengarang  : Nawal El-Saadawi
Cetakan       : Cetakan Pertama, 1989
ISBN             : 978-979-461-867-7
Tebal Buku : 176 hlmn : 11x17cm

Sinopsis

Novel ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Firdaus yang tengah menanti hukuman mati karena telah membunuh seseorang.

Buku ini keras dan pedas yang isinya adalah jeritan sedih dan protes keras atas perbuatan tidak adil yang dilakukan terhadap perempuan. Makhluk kelas dua yang sering tidak dianggap, tak lebih dari pesuruh bahkan budaknya laki-laki.

Sedangkan dalam relasi hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Sang tokoh tak lebih hanyalah objek pemuas nafsu birahi belaka. Hal tersebut dapat disimpulkan dari beberapa ungkapan bernada kemarahan seperti berikut ini:

- Betapapun juga suksesnya seorang pelacur, dia tidak pernah dapat mengenal semua lelaki. Akan tetapi, semua lelaki yang saya kenal, tiap orang diantara mereka, telah mengobarkan dalam diri saya hanya satu hasrat saja: Untuk mengangkat tangan saya dan menghantamnya ke muka mereka. Akan tetapi karena saya seorang perempuan, saya tidak memiliki keberanian melakukannya. Dan karena saya seorang pelacur, saya sembunyikan rasa takut saya di bawah lapis-lapis solekan muka saya.

- Saya tahu bahwa profesiku ini telah diciptakan oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, yang di bumi ini dan yang di alam baka. Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu, dan bahwa tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang istri. Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur bebas daripada seorang istri yang diperbudak.

Kelebihan buku ini. Kendati ceritanya kelam, keras dan pedas. Kemampuan penulis yang menggiring pembaca, untuk berharap sang tokoh utama pada akhirnya menemukan kebahagiaan, yang membuat kita terhanyut dengan ceritanya. Aku bahkan hanya membutuhkan waktu dua jam saja untuk menamatkan buku ini.

Kekurangannya. Buku ini karya sastra yang diangkat dari realita kehidupan perempuan pada masyarakat Mesir. Jadi jangan berharap ada bumbu pemanis seperti cerita romance masa kini dalam buku ini. Ditambah narasi yang panjang dan berat membuat kita harus membacanya pelan-pelan agar bisa menikmati jalan ceritanya.

Namun, bagi yang ingin membaca karya sastra bermutu, yang isinya bukanlah cerita tanpa makna. Buku ini boleh dimasukan daftar baca, ya. Selamat membaca!

#SETIP day17



You May Also Like

0 komentar