Gelisah

by - Sunday, March 17, 2019

Sudah dua hari sejak penembakan jamaah di Masjid Al Noor dan Linwood, christchurch, Selandia Baru pada jum'at 15/3/2019 lalu masih menyisakan kesedihan. Belum bisa move on rasanya membaca dan melihat tragedi yang menimpa saudara-saudara kami, yang tengah menunaikan salat jum'at tersebut.

Sumber Foto. News. Okezone.com
Peristiwa yang diperkirakan menewaskan sekitar 49 orang tersebut sontak menggegerkan dunia. Apalagi tempat kejadiannya di Selandia Baru yang selama ini relatif tidak terdengar huru-hara alias aman dan damai.

Jujur, aku merasa sedih dan terpukul. Atas nama kemanusiaan perbuatan tersebut tak bisa diterima. Walaupun tindakan brutal tersebut bukan yang pertama kali menimpa umat islam tetap saja hati rasanya sakit sekali. Hanya manusia biadab yang menyerang orang yang sedang beribadah. Manusia pengecut yang hanya berani melawan orang lengah dan mengotori tempat ibadah. Manusia yang buta mata hatinya karena diperbudak dendam kesumat.

Itulah teroris. Terorist is no religion. Pelaku teror meski merupakan penganut agama tertentu bisa dianggap sebagai orang tak bertuhan, karena tak ada satu agama pun yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan demi mencapai tujuannya.

Dalam suasana masih merasa berduka, suamiku memberi nasihat bahwa, seharusnya aku tak boleh bersedih, karena insyaAllah mereka yang gugur pada peristiwa itu beroleh syahid. Hamba terpilih yang memperoleh kedudukan tinggi di sisi Allah.

Walaupun jiwa manusia kita mendidih, marah dan tidak terima melihat perbuatan tersebut, tetap saja mereka yang meninggal adalah orang-orang beruntung. Meninggal ketika sedang menunaikan salat, di tempat mulia dan pada hari jum'at pula, hari yang mulia.

Tangan teroris hanya dipinjam untuk mengantarkan mereka pada Allah saja. Sang teroris boleh jadi merasa bangga dan puas atas aksinya, tapi yang rugi sejujurnya adalah dia. Di samping semakin membuka mata dunia jika kata-kata teroris bukan disematkan manakala pelaku terornya orang islam saja, karena teroris bisa dari penganut agama mana pun juga.

Efek peristiwa tersebut kepada diriku adalah rasa gelisah. Ternyata sebagai muslim hidupku dari hari ke hari hanya begini-begini saja. Aku memang menunaikan salat, mengaji, puasa dan sedekah tapi hanya itu yang kulakukan. Apa yang telah kulakukan untuk menolong agama Allah ini boleh dibilang, ya, tidak ada. I do nothing.

Aku begitu larut dengan dunia dan hidupku sampai demikian abai berbuat sesuatu untuk menolong agama Allah ini. Termasuk mendalami atau mempelajarinya.

Yang terjadi padaku bisa jadi gambaran umum yang terjadi pada sebagian muslim. Makanya muslim di belahan bumi mana pun selalu mengalami penindasan. Alasannya karena umatnya sendiri yang menjauh dari agamanya.

Yah. Serangan di Selandia Baru bisa jadi adalah sinyal bagi muslim sedunia untuk kembali pada agamanya. Belajar lagi dan lebih nurut sama perintah Allah.

Dan sebagai penulis aku bisa memulainya dari banyak membaca buku-buku islam, mendalami sejarahnya yang gemilang agar bisa menyampaikan keagungan budaya dan ajarannya. I hope so

#SETIP day16

You May Also Like

0 komentar