facebook instagram twitter youtube rss linkedin
  • Home
  • Inspirasi
  • Life Style
    • Parenting
    • Food
    • Travel
  • Writing
  • About Me
  • Contact
Powered by Blogger.

Golde Kindangen's Blog

Punya bayi yang dapat tidur dengan nyenyak adalah harapan semua ibu. Terutama bagi mereka, yang mengasuh dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga tanpa bantuan siapa pun.

Sumber Foto. Grami.me

Namun, adakalanya bayi menjadi rewel dan sangat menuntut perhatian. Sulit ditidurkan atau bahkan tak mau ditinggal. Hal ini tentu saja sangat merepotkan. Mengingat tugas seorang ibu rumah tangga bukan hanya mengasuh bayi semata. Tapi, memastikan kesejahteraan seluruh anggota keluarga, dan memelihara rumah beserta isinya.

Makanya, wajar jika para ibu ingin bayi mereka dapat tidur pulas dalam waktu lama, agar si ibu dapat menunaikan tugas rumah tangga, seperti memasak dan beres-beres rumah tanpa gangguan.

Nah, dalam masyarakat Dayak, Paser dan Banjar metode membuat bayi tidur pulas disebut pukung.

Pukung atau bepukung adalah teknik melelapkan bayi agar tidurnya nyenyak dan lama. Adapun cara mempukung, yaitu, dengan merebahkan bayi dalam ayunan, kemudian angkat badan bayi dan sangga dengan lutut. Rapikan kain ayunan di badan bayi. Lipat kedua tangan si anak dan ikat sedemikian rupa, mulai dari punggungnya hingga leher dengan kain, atau selendang yang sudah disiapkan. Pastikan telinga bayi tidak terlipat, dan ikatannya tidak terlalu kuat. Sehingga bayi masih bebas bernafas. Biasanya, tak memerlukan waktu lama cara ini mampu membuat bayi tidur nyenyak.

Sepintas, pukung ini terlihat kejam dan membahayakan bayi. Namun sejauh ini belum terdengar ada anak celaka akibat di pukung. Justru yang ada si bayi malah tidur nyenyak jika menggunakan cara ini. Boleh jadi, karena pukung membuat anak tak bebas bergerak, sehingga dia tak punya pilihan lain kecuali tidur.

Akan tetapi. Meskipun pukung hal yang biasa dilakukan oleh suku Dayak, Paser dan Banjar. Tak semua bayi bisa dilelapkan dengan teknik ini. Hanya bayi yang sudah mampu mengangkat kepala, atau berusia sekitar 3 bulan hingga 1 tahun saja, yang boleh di pukung.

Selain itu, tak sembarang orang, loh, boleh melakukan pukung ini. Hanya mereka yang menguasai tekniknya saja, yang boleh menggunakan cara tersebut.

Nah, tertarik mempukung bayi? Boleh saja asal kuasai dulu tekniknya dengan benar, ya. Supaya bayinya tetap aman dan nyaman.

#SETIP day8

Tuesday, February 26, 2019 No komentar
Hari jumat kemarin aku sengaja bangun kesiangan *wkwkwk* jangan ditiru, ya. Alasannya karena malam sebelumnya tidak tidur semalaman, akibat ngebut merampungkan bab terakhir naskahku.

Sumber Foto. Dokumen Pribadi

Tadinya enggak ingin begadang juga. Mikirnya menulis semampunya kalau ngantuk, ya, ditinggal tidur aja. Eh, enggak tahunya malah keterusan ngetik sampai masuk waktu subuh.

Syukurnya bab terakhir yang dikerjakan dengan penuh perjuangan itu selesai juga. Tinggal memperbaiki bagian-bagian tertentu, ngecek ejaan maupun dialog tag yang masih salah, sebelum akhirnya dikumpul ke ibu mentor.

Sebelum membalas tidur malam tadinya, aku minta tolong kepada suami untuk dibelikan iga sapi beserta bumbu-bumbunya. Rencananya kalau sudah bangun tidur aku ingin membuat asem-asem tulang. Itung-itung sebagai sumber tenaga buatku yang masih kelelahan akibat mengerjakan tugas.

Bangun tidur cek bahan yang dibeli suami. Ternyata tulangnya kurang banyak. Padahal seingatku minta dibelikan 1/2 kilogram, tetapi yang dibeli hanya 1/4 saja. Berarti enggak cukup sampai hari sabtu. 1/4 kilogram cuma cukup buat dua kali makan saja. Padahal esoknya hari sabtu jadwal berleha-leha. Tidak ada jadwal ke pasar pas hari sabtu.

Namun, ya, sudahlah yang penting keinginan menikmati asem-asem tulang terpenuhi. Oke, supaya enggak panjang lebar pembukaannnya. Yuk, kita cek bahan dan cara membuat asem-asem tulang iganya.

Asem-asem tulang iga

Bahan-bahannya:
- Tulang iga sapi 1/2 kg
- Belimbing Wuluh
- Lengkuas
- Daun Salam
- Tomat hijau
- buncis 1/4 kg

Bumbu yang diiris
- Bawang merah
- Bawang putih
- Cabe merah dan hijau
- Cabe Rawit

Cara Membuat:

- Buang air rebusan iga yang pertama
- Rebus iga.
- Tumis bumbu yang diiris bersama laos dan daun salam
- Masukan bumbu yang ditumis ke dalam rebusan
- Tunggu hingga empuk masukan, belimbing wuluh, tomat dan buncis.
- Tes rasa, tunggu hingga masak kemudian angkat dan hidangkan!

Sangat mudah, bukan? Selamat mencoba, ya.

#SETIP day 7


Saturday, February 23, 2019 No komentar
Aku dan suami bukannya tidak ingin segera memiliki mobil, atau rumah seperti yang sering dipertanyakan orang kepada kami. Kami ingin. Lagian yang tidak mau mempunyai mobil dan rumah siapa?

Sumber Foto. Pexels.com

Kalau sampai saat ini kami belum memilikinya, ya, karena ada beberapa pertimbangan. Salah satunya karena hidup kami yang sering berpindah-pindah. Dengan keadan ini yang membuat kami berpikir, rumah dan mobil belum terlalu mendesak untuk dimiliki. Kami enggak ingin beli rumah kalau hanya untuk disewakan saja. Sayang rasanya.

Punya rumah atau mobil itu gampang, kok, tinggal mengambil utang ke bank dengan jaminan SK hakim pasti dikabulkan dengan segera. Hanya saja, aku dan suami menahan diri. Jelek-jelek begini *wkwkwk" aku pernah belajar tentang financial planning. Dimana hampir semua penasihat keuangan yang kutahu menganjurkan untuk mengambil utang yang produktif dan bukannya meminjam uang untuk tujuan konsumtif belaka.

Sumber Foto. Pexels.com

Yang dimaksud utang produktif dan konsumtif itu yang bagaimana? 

Yang dimaksud utang produktif yaitu seseorang meminjam sejumlah uang untuk tujuan produktif sehingga menghasilkan keuntungan bagi si peminjam. Contoh, pinjam uang di bank untuk membangun rumah sewa. Sedangkan yang dimaksud utang konsumtif adalah kebalikan dari utang produktif. Contoh, pinjam uang ke bank untuk liburan.

Itu yang aku dan suami lakukan. Kami tidak menghindari utang. Kami juga punya utang di bank, tapi peruntukannya bukan untuk menaikan gengsi, atau gaya hidup melainkan buat membeli kebun kelapa sawit. 

Dari pada meributkan gengsi kami yang turun dimata orang lain, lebih baik kami memikirkan bagaimana cara menambah aset. Makanya uang yang kami pinjam dari bank kami gunakan untuk membeli kebun sawit dan tanah.

Selain meminjam uang untuk tujuan produktif. Berutang pun ada aturan mainnya supaya tidak mengganggu kenyamanan hidup. Yaitu, hanya boleh berutang sekitar 30%-35% dari total penghasilan. Sebagai contoh jika pendapatan kita sebesar 10 juta. Maka dari total gaji tersebut yang digunakan buat membayar utang sekitar 3-3,5 juta saja. Jangan lebih dari itu.

Nah, karena alasan itulah, yang membuat kami tidak menambah utang lagi untuk membeli rumah maupun mobil. Sebenarnya pendapatan kami masih cukup seandainya mau mengambil utang lagi untuk membeli mobil atau rumah. Namun, kami merasa utang yang ada jangan ditambah lagi. Kalau mau beli ini dan itu lebih baik menabung saja. Memang mengumpulkan uang butuh waktu. Ya, tidak papa. Kami tidak keberatan. Toh, kepentingan akan benda yang dibeli tidak mendesak juga. Jadi, ya santai saja.

Kenyamanan hidup itu hanya kita yang rasa. So, jangan menyandarkan kebahagiaan berdasarkan pendapat dan pandangan orang lain.

#SETIP
#day6


Monday, February 18, 2019 No komentar
Saat pulang kampung tadi aku mengunjungi rumah beberapa orang kenalan dan kerabat. Ada hal yang lumayan membuatku terkejut dalam kunjunganku tersebut. Yaitu, aku selalu ditanyakan mengenai apakah aku punya mobil atau tidak. Kebetulan karena memang enggak punya, ya, kujawab saja tidak punya.

Sumber Foto. Pexels.com

Jujur, sikap orang-orang yang kukunjungi ini membuatku sedikit merasa risih. Padahal aku mengunjungi mereka setelah hampir 20 tahun enggak bertemu, seharusnya kami berbagi cerita yang asyik-asyik saja dan tidak membahas hal-hal kurang penting dan sangat duniawi seperti harta.

Rupanya dunia sudah sangat berubah. Bukannya senang mendapat kunjungan untuk bersilaturahmi, yang orang ributkan dariku justru apakah aku sudah punya mobil atau belum. Seolah-olah benda tersebut jauh lebih penting dibanding pertemuan itu sendiri.

Menurut mereka aneh saja seorang hakim seperti suamiku tidak mempunyai benda seperti mobil. Bukankah mobil simbol kesuksesan? Dan suamiku yang dianggap sukses karena menjadi hakim, mengapa tidak mempunyai mobil?

Tak ayal pertanyaan ini sempat menggerus sedikit rasa syukurku. Aku yang selama ini merasa hidupku lebih dari cukup, nyaman-nyaman saja kesana kemari menggunakan taksi tiba-tiba seperti dipaksa menyadari kesalahan, bahwa aku dan suami pasangan yang terlampau santai dan kurang berusaha mempunyai harta seperti mobil. Untungnya suamiku segera menasehatiku agar tak usah mempedulikan pandangan orang tentang kami.

Ya, boleh jadi mereka benar dengan pendapat itu. Kami mungkin kurang berusaha terlihat kaya dan sukses menurut ukuran manusia. Terlalu cuek dengan pendapat orang lain dan hanya fokus pada hidup serta kebutuhan akan rasa nyaman yang sesuai dengan konsep kami saja.

Selama ini jika menyangkut harta benda aku dan suami memang hanya membeli yang kami butuhkan saja dan sebisa mungkin tidak membeli barang atau benda yang kami inginkan tapi tidak kami butuhkan. Di tambah suamiku selalu menasehatiku agar jangan terlalu menghamba kepada harta. Harta ditangan saja dan jangan sampai dibawa kedalam hati.

Begitu juga dengan gaya hidup. Kami memilih yang biasa-biasa saja. Tidak terlampau memaksakan diri, maupun menghinakan diri. Ambil yang tengah-tengahnya saja. Mengindari utang demi gaya hidup karena masih sayang sama diri sendiri. Itulah alasan penampakan hidup kami yang kurang kaya.

#SETIP
#day5


Monday, February 18, 2019 No komentar

Salah satu aktivitas yang kulakukan kala merasa lelah menulis adalah bebikinan. Entah memasak atau membuat kue. Saat-saat paling menyenangkan ketika akan memanjakan lidah dengan makanan sesuai selera.

Sumber Foto. Dokumen Pribadi


Seperti yang kulakukan minggu tadi. Akibat lelah jiwa dan raga ketika berpacu dengan waktu menyelesaikan revisi naskah buku solo. Aku sempat mengalami disorientasi. Jadwal tidur yang berantakan, dan aktivitas menulis yang lebih banyak diselesaikan malam hari, membuat hari-hariku berubah.

Malam menjadi siang dan siang yang menjadi malam. Daripada senewen tak tentu arah, aku memutuskan membuat kue saja. Kebetulan Danish dan Abahnya tengah berada di Kantor si Abah. Aku memutuskan membuat kue france Petite Madeleine resep dari Tintin Rayner. Mengapa memilih resep tersebut? Jawabnya karena membuatnya mudah. Walaupun adonannya harus didiamkan semalaman, tapi membuatnya tidak memerlukan mixer

Tengok bahan yang tersedia adanya tepung, butter, gula, susu dan pasta Vanilla, tapi minus telur. Jadi, aku memutuskan membeli telur setengah kilogram. Telur sudah tersedia saatnya beraksi.

Apa saja bahan dan cara membuat France Petite Madeleine, cekidot, ya:

Bahan A

- 130 gr gula pasir
- 120 gr tepung low protein
- 1/8 sdt garam
- ¾ sdt baking powder

Bahan B

- 2 Telur ukuran besar
- 1 sdm susu cair
- 1 sdm pasta Vanilla/ biji Vanilla

Bahan C

- 115 gr Butter, lelehkan.

Cara Membuat :

- Campurkan semua bahan A aduk sampai rata pakai whisk

- Kocok bahan B sampai rata campur ke bahan A

- Masukan bahan C secara perlahan, aduk rata tapi jangan diaduk berlebihan. Perlahan saja, supaya hasilnya enggak keras.

- Tutup adonan dengan cling wrap, diamkan 3 jam- semalaman.

- Masukan pipping bag semprotkan di loyang madeleine . Karena aku enggak punya loyang yang dimaksud, aku pakai cup muffin saja.

- Panggang sampai masak.

Angkat, tunggu suhu ruang baru dikeluarkan dari loyang.

Walaupun penampakannya enggak sesuai dengan resep asli, yang penting rasanya enak banget. Iya, France Petite Madeleine ini selain enak, aromanya pun wangi banget perpaduan antara butter dan Vanilla. Selamat mencoba, ya!


#SETIP day4

Tuesday, February 12, 2019 No komentar

Menulis itu aktivitas tangan dan otak. Walau sangat menyenangkan, adakalanya juga melelahkan. Terutama jika dalam kurun waktu tertentu kita diharuskan mengumpul sejumlah tulisan.

Sumber Foto. Pexels.com


Itu yang terjadi padaku. Akibat terlalu banyak kewajiban menulis yang harus ditunaikan pada bulan Januari lalu, membuatku kelelahan dan seperti kehilangan tenaga bulan ini. Aku punya beberapa ide menulis di kepalaku, tapi seolah-olah tak punya kekuatan menuangkannya ke dalam tulisan.

Tentu saja situasi ini tak dapat terus dibiarkan. Apalagi sejak awal bulan ini sudah mulai menggarap naskah, yang sempat mangkrak selama hampir lima bulan agar segera dirampungkan. Kendati lelah dan tertatih-tatih merevisi naskahnya harus tetap jalan. Prinsipnya biar sedikit asal terus dikerjakan.

Nah, untuk mengembalikan tenaga yang loyo dan semangat yang mulai mengendur, aku melakukan hal-hal di bawah ini:

1. Fokus pada Prioritas

Banyaknya tugas menulis kadang membuat bingung dan kelelahan. Daripada tertekan kala harus menyelesaikan semuanya, lebih baik fokus pada prioritas saja. Pilih yang paling penting dan mendesak untuk dikerjakan. Tak perlu mengerjakan semuanya kalau tidak mampu. Bukankah tujuan menulis supaya bahagia, dan bukannya tertekan?

2. Menonton

Kala otak terasa sudah tak mampu lagi  berpikir, ada baiknya dibawa istirahat dulu. Keadaan tersebut adalah sinyal yang dikirim tubuh agar di istirahatkan sejenak dari rutinitas melelahkan. Untuk mengembalikan semangat aku melakukan aktivitas yang kusukai, salah satunya menonton drama korea. Sambil menghayati jalan cerita yang menghibur, siapa tahu aku akan mendapatkan ide baru untuk memperkaya tulisan yang ada, atau sebagai ide menulis berikutnya.

3. Piknik

Kita sering mendengar ungkapan ada orang kurang piknik. Kalimat yang ditujukan bagi orang-orang yang suka resek meributkan hidup orang lain, sebagai sikap orang yang  butuh piknik.

Walau pada kenyataannya kita bukan orang yang suka mencampuri urusan orang lain, piknik sendiri memang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Pergi menjauh dari rumah untuk sejenak melupakan rutinitas yang membosankan. Tak harus jauh dan mahal. Sekadar menemani anak dan suami mandi di sungai, atau berjalan melihat sawah dan hutan sudah mampu mengembalikan semangatku yang hilang.

4. Memasak atau Membuat Kue

Dari dulu aku menjadikan memasak, atau membuat kue sebagai refreshing dikala otakku sudah lelah. Meracik bahan dan bumbu menjadi makanan enak dan lezat sungguh mampu mengembalikan semangat yang memudar. Apalagi melihat hasilnya yang memuaskan seluruh keluarga, pasti menimbulkan perasaan bahagia. Perasaan yang mampu mengurai kekusutan dan kebuntuan menjadi semangat kembali.

5. Tidur

Saat situasi sudah tidak memungkinkan. Ide yang tiba-tiba macet, pikiran buntu dan badan mulai lelah. Lebih baik menulisnya dihentikan dulu. Lupakan menulis, dan tidur saja. Jangan memaksakan diri. Walau bagaimana pun menulis butuh pikiran segar dan badan sehat, agar hasil tulisan sesuai keinginan kita.

Nah, demikian beberapa hal yang kulakukan saat merasa kelelahan menulis. Semoga bermanfaat ya!

#SETIP day3


Monday, February 11, 2019 2 komentar
Aku memang sengaja mengikuti program Februari naskah kelar yang diadakan sekolah perempuan dengan mentor cikgu Anna Farida.

Sumber Foto.pexels.com


Baru beberapa hari aku menjadi siswa bimbingan beliau, aku sudah bisa merasakan efek tangan dinginnya yang terkenal itu. Di mana, masukan dari beliau langsung mengubah wajah naskahku dalam semalam.

Naskah yang tadinya hanya ingin menyajikan cerita ringan berupa kumpulan pengalaman saat mendampingi suami bertugas sebagai hakim, justru menjadi naskah yang berisi kisah inspiratif tentang perjuangan hidup yang tak hanya menyajikan cerita manis saja, tapi yang pahitnya juga.

Berkat arahan beliau juga, buku yang tadinya hanya ingin diterbitkan untuk tujuan menyombongkan diri saja, menjadi karya yang bertujuan sebagai self healing. Mengurai sebagian cerita hidup yang memberi luka pada batin agar hidupku menjadi lebih damai.

Iya. Jika tadinya aku merasa calon buku yang akan kuterbitkan hanya sebagai ajang pembuktian diri saja. Tidak demikian lagi ceritanya sejak dibimbing cikgu Anna. Entah mengapa sejak diasuh beliau ada keinginan kuat dalam diriku untuk menyajikan nilai-nilai kebaikan melalui karyaku tersebut, dan tak hanya menyajikan hiburan semata.

Walaupun sebagian besar ceritanya hanyalah kumpulan kisah-kisah ringan, tetap saja aku ingin memberi sentuhan di beberapa bab agar buku tersebut memberi makna bagi pembacanya.

Namun, bukan berarti awalnya aku tak ingin menyelipkan pesan apa pun di dalam tulisanku itu. Tentu saja sebagai penulis yang baik, aku ingin juga memberikan pesan kebaikan di dalamnya, hanya saja kala itu aku tak tahu caranya. Sampai kemudian cikgu Anna menganjurkan aku menyelipkan carita wah dari pengalaman hidup yang mampu mengubahku seperti sekarang ini.

Awalnya aku sempat kebingungan menangkap maksud beliau. Punya gambaran tapi merasa ragu dan belum pasti. Apa iya yang kupikirkan seperti yang cikgu maksud.

Ya, karena belum paham aku pun terpaksa bolak-balik bertanya kepada beliau sekadar untuk memastikan maksudnya. Sampai aku sempat merasakan sedikit down. Berat hati karena tak yakin. Entah mengapa aku merasa seakan berada pada posisi sulit sebagai penulis waktu itu.

Bahkan, aku sempat berpikir alangkah enaknya kalau menyerah saja dari pada harus berhenti di tengah jalan begini. Usut punya usut, rupanya, hati kecilku merasa gelisah karena sejujurnya aku hampir mengerti yang dimaksud dengan cerita wah yang cikgu maksud, berarti harus mengungkapkan sebagian cerita hidup yang ingin kukubur dalam-dalam.

Intinya aku sempat merasa takut dan berat karena akan menceritakan peristiwa kelam yang ingin kulupakan. Namun, di satu sisi hatiku juga menyeruku untuk terus saja bercerita sepahit apa pun kejadiannya. Ya, anggap saja sebagai saatnya berdamai dengan masa lalu.

Okelah. Apa pun isi yang sudah kutulis untuk calon bukuku semoga naskah ini selesai sebelum akhir bulan ini. Aamiin.

#SETIP day2

Wednesday, February 06, 2019 No komentar
Setelah bulan kemarin mengadakan one day one posting yang disingkat Odop selama 31 hari. Per hari ini hingga tiga bulan mendatang Estrilook.com akan mengadakan SETIP atau kepanjangan dari seminggu tiga postingan.

Sama seperti Odop yang telah lewat. Setip adalah upaya yang dilakukan Estrilook dalam rangka mengajak  blogger mana saja, yang ingin konsisten menulis. Mengingat, menjaga semangat menulis terkadang gampang-gampang susah. Makanya, Estrilook merasa perlu membuat program tersebut, demi menyatukan para membernya yang mempunyai tekad sama.

Hanya bedanya, kalau odop kita harus setor postingan setiap hari selama bulan Januari. Sedangkan Setip sedikit lebih longgar, hanya tiga postingan saja per minggu, tapi berlangsungnya selama tiga bulan, sejak Februari-April.

Adapun syarat-syarat mengikuti Setip sebagai berikut:

1. Share tentang SETIP di Social Media kamu yaitu IG, FB, Twitter atau media social lainnya yang kamu punya. Jika hanya punya salah satu tak apa, yang penting posting mengenai SETIP supaya lebih banyak orang yang bisa ikutan.

2. Share gambar SETIP serta syaratnya dan mention juga minimal 2 teman kamu yang belum bergabung di Grup FB Estrilook.

3. Follow akun Estrilook Community di Instagram. Like Fanpage Estrilook dan bergabung di Grup FB Estrilook Community
https://www.facebook.com/groups/234318230607581/?ref=br_tf&epa=SEARCH_BOX

4. Posting mengenai SETIP di blog kamu dan alasan kenapa kamu mau ikut SETIP. Jangan lupa sertakan juga link estrilook.com di postinganmu,  ya.

5. Konsisten untuk ikut SETIP dan tak mundur di tengah jalan.

6. Jika ada yang tertinggal dalam event SETIP ini, boleh merapelnya.

7. Akan diberikan waktu hanya satu minggu ketika event SETIP selesai untuk mengejar ketertinggalan.

8. SETIP akan berlangsung selama 3 bulan, mulai Februari hingga April 2019. Tetap amanah dan tak banyak alasan ketika mengikuti event ini.

9. Jangan lupa setor link postingan kamu di grup FB Estrilook Community pada postingan yang telah disediakan oleh admin.

10. Postingan di blog masing-masing dan disetorkan setiap hari Senin,  Rabu,  dan Jumat.

Tetap semangat dan selamat berjuang!

Salam,
Tim Estrilook

Demikian ulasan tentang Setip, bagi siapa saja yang ingin bergabung, tinggal ikuti ketentuan yang sudah tertulis di atas. Setip ini bebas, kok, boleh diikuti siapa saja. Yuk, yang ingin rutin menulis gabung bersama kami!

#Postingan ini diikutsertakan pada SETIP bersama Estrilook Community

Tuesday, February 05, 2019 2 komentar


Hihi. Dapat sertifikat ini dari Estrilook sebagai penghargaan sudah konsisten menulis di blog selama 31 hari. Lumayanlah, dipajang buat dipandang-pandangi, supaya ingat terus perjuangan selama 31 hari tadi, rutin posting tulisan tanpa pernah dirapel satu hari pun.



Ya, sejujurnya menjaga konsistensi itu lumayan berat. Apalagi saya pemula dan anak kemarin sore di dunia literasi. Setiap mau menulis harus putar otak dulu, mikir dulu hari ini mau menulis  apa? dan lain sebagainya.

Belum lagi di bulan Januari tadi ada beberapa kelas menulis yang saya ikuti, lengkap dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan, serta melibatkan diri pada beberapa proyek antologi juga. Kadang dalam sehari saya harus menyelesaikan tiga tugas menulis dengan  jumlah kata-kata yang bervariasi. Ada yang 100, 300, 400, 500, 600, bahkan ada juga yang 1000 kata. Sempat merasakan ngos-ngosan sampai megap-megap saat berkejar-kejaran dengan deadline. Bingung? Oh, enggak sempat menikmati kebingungan, la wong makan aja kadang terlewatkan. Walaupun, pada akhirnya beberapa karya saya ditolak editor, karena tak memenuhi syarat. Ya, enggak papa.

Terus masih berjuang juga bagaimana cara menulis yang benar sesuai standar kbbi dan puebi, dan itu belum ditambah drama banyaknya plothole di setiap tulisan-tulisan saya, yang membuat harus bolak-balik menyunting tulisan yang sudah terlanjur di posting. Ya, capek. Ya, mumet juga, tapi mau gimana lagi, namanya juga belajar.😂

Beruntungnya, saya ikut beberapa komunitas penulis yang merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai energi positif yang luar biasa. Bahkan, timeline facebook saya lebih banyak dipenuhi karya-karya penulis yang berusaha menulis dengan konsisten dan berlomba-lomba menghasilkan karya.

Yup. Dari merekalah saya mendapat kekuatan untuk menyelesaikan tantangan Estrilook ini, sambil terus berdo'a dan berharap, saya mampu mengikuti jejak mereka menjadi penulis yang konsisten menulis, dan menghasilkan karya.

#EstrilookCommunity
#bloggerpenakluk
#lulustantanganmenulis31hari
Friday, February 01, 2019 No komentar
Postingan hari ke-31 ini, masih tentang ulah penghuni kelas rusuh yang suka usil terhadap para guru. Sepertinya, hanya guru-guru tertentu yang selamat dari keusilan kami.

Fani, Ma'u dan aku. Sumber Foto. Dokumen Pribadi

Di antara yang selamat, sebut saja ibu Hesti Handayani guru bahasa Inggris. Hampir semua penghuni kelas rusuh segan terhadap si ibu, sehingga beliau aman dari kejailan kami. Alasannya, entah karena pelajaran bahasa Inggris sulit dikuasai yang membuat kami takut berbuat macam-macam terhadap beliau.

Berikutnya yang selamat tentu saja pak Santoso Adi sang kepala sekolah. Alasannya sudah jelas, karena beliau kepala sekolah, di samping ia juga orang yang tegas. Seganas-ganasnya kami tak ada seorang pun yang punya nyali berhadapan dengan beliau.

Bayangkan saja, setiap pelajaran matematika kelas ips yang biasanya berisik jadi sunyi dan damai. Sepertinya kami semua takut sama kepada beliau.

Lihat saja kalau beliau menerangkan kami semua diam dan sok memperhatikan. Padahal mengerti apa yang ia bahas juga enggak. Beda sekali ketika beliau keluar ruangan barulah tampak tabiat kami yang sebenarnya, semuanya melepaskan napas lega, dan sisanya ada juga yang terengah-engah macam sehabis dikejar-kejar binatang buas.

Begitulah sikap kami terhadap pak Santoso, jangankan hendak mengusili atau mengerjai, melempar canda saja kami pikir-pikir. Takut kalo salah terus beliau jadi murka. Padahal, memarahi kami habis-habisan saja beliau tidak pernah. Entah mengapa kami takut sekali sama pak Santoso.

Itulah di antara guru pelajaran umum yang selamat dari keusilan kami. Sementara sisanya, ya, begitu deh. Contohnya nasib bu Sri, dan pak Ali Minaryo.

Kalau ibu Sri guru bahasa Indonesia pernah juga jadi korban kenakalan kami. Pelakunya, temanku si Fani. Kebetulan dinding penghubung kelas kami ada yang bolong.

Nah, kesempatanlah keadaan itu bagi Fani mengerjai ibu Sri. Sebelum melancarkan niat nakalnya Fani sudah bersekongkol dengan Muhammad Taufik adik kelas kami, penghuni kelas sebelah yang tempat duduknya berdempetan dengan lubang di dinding itu.

Jadi, oleh Fani kursinya ibu Sri sengaja di letakkan di dinding yang bolong tersebut, dan saat Fani berteriak 'cucuk' itu tandanya M. Taufik harus melancarkan serangan dengan mencucuk tubuh bagian belakang beliau dengan lidi. 'Cucuk' kata Fani berulang kali. Cucuk, cucuk, cucuk. Untungnya, ibu Sri segera sadar dan memindahkan tempat duduknya menjauh dari lubang itu. Selamatlah beliau dari perkara cucuk-cucuk itu.

Lain ibu Sri lain lagi nasib pak Ali Minaryo. Kejadiannya saat mata pelajaran tata negara. Akibat mata yang mengantuk dan bosan, aku sengaja minta izin keluar ruangan. Maksud hati hanya ingin menyegarkan diri, tapi lama kelamaan jadi semakin malas kembali ke kelas alias ingin bolos saja.

Supaya tak merasa bersalah aku sengaja pergi ke perpustakaan, mikirnya kalo enggak baca buku, ya, tidur-tiduran. Tak lama kemudian satu demi satu teman-teman sekelasku mengikutiku ke perpustakaan juga, sampai akhirnya menuruti rasa penasaran, aku menengok ke arah kelas. Firasatku Betul adanya. Tak ada satu pun murid tertinggal di sana karena semuanya keluar kelas, yang tersisa hanya pak Ali Minaryo seorang yang duduk tenang di mejanya.

Ya, begitulah kelakuan kelas tiga IPS. Semoga bapak dan ibu guru yang pernah menjadi sasaran kenakalan kami selalu mendapat Rahmat dan Ridho Allah, tetap sehat serta hidup bahagia dunia dan akhirat. Aamiin.

#Postingan ini diikutsertakan pada tantangan Odop bersama Estrilook Community

#day31


Friday, February 01, 2019 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me
Hai, nama saya Golde. Saya IRT satu orang putra, yang serius menekuni dunia menulis sejak tahun 2018. Saya telah menulis sebuah buku solo, beberapa buah antologi, dan menjadi penulis artikel lepas untuk media online.

Follow Us

Labels

about me Aktivitas Blogging Cerbung Cerpen Cooking Curhatku Drama Korea Family Food Inspirasi Kesehatan Keuangan kontak saya Movie Parenting Prosa Review Training Traveling Writing

recent posts

Total Pageviews

Blog Archive

  • ►  2020 (10)
    • ►  October (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (1)
  • ▼  2019 (70)
    • ►  September (1)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (15)
    • ▼  February (10)
      • Tradisi Pukung Bayi pada Suku Dayak, Paser dan Ban...
      • Asem-asem Tulang Iga
      • Utang Produktif Ala Kami
      • Silaturahmi dan Pertanyaan Tentang Mobil
      • France Petite Madeleine
      • Ketika Aku Lelah Menulis
      • Revisi Naskah dan Cerita dibaliknya
      • Seminggu Tiga Postingan atau SETIP, Tantangan Menu...
      • Sertifikat Estrilook dan Cerita dibaliknya
      • Cucuk dan Kelas yang Kosong
    • ►  January (30)
  • ►  2018 (25)
    • ►  November (4)
    • ►  October (21)
  • ►  2017 (2)
    • ►  November (2)

One Day One Post Estrilook

One Day One Post Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Followers

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose