Revisi Naskah dan Cerita dibaliknya
Aku memang sengaja mengikuti program Februari naskah kelar yang diadakan sekolah perempuan dengan mentor cikgu Anna Farida.
Sumber Foto.pexels.com |
Baru beberapa hari aku menjadi siswa bimbingan beliau, aku sudah bisa merasakan efek tangan dinginnya yang terkenal itu. Di mana, masukan dari beliau langsung mengubah wajah naskahku dalam semalam.
Naskah yang tadinya hanya ingin menyajikan cerita ringan berupa kumpulan pengalaman saat mendampingi suami bertugas sebagai hakim, justru menjadi naskah yang berisi kisah inspiratif tentang perjuangan hidup yang tak hanya menyajikan cerita manis saja, tapi yang pahitnya juga.
Berkat arahan beliau juga, buku yang tadinya hanya ingin diterbitkan untuk tujuan menyombongkan diri saja, menjadi karya yang bertujuan sebagai self healing. Mengurai sebagian cerita hidup yang memberi luka pada batin agar hidupku menjadi lebih damai.
Iya. Jika tadinya aku merasa calon buku yang akan kuterbitkan hanya sebagai ajang pembuktian diri saja. Tidak demikian lagi ceritanya sejak dibimbing cikgu Anna. Entah mengapa sejak diasuh beliau ada keinginan kuat dalam diriku untuk menyajikan nilai-nilai kebaikan melalui karyaku tersebut, dan tak hanya menyajikan hiburan semata.
Walaupun sebagian besar ceritanya hanyalah kumpulan kisah-kisah ringan, tetap saja aku ingin memberi sentuhan di beberapa bab agar buku tersebut memberi makna bagi pembacanya.
Namun, bukan berarti awalnya aku tak ingin menyelipkan pesan apa pun di dalam tulisanku itu. Tentu saja sebagai penulis yang baik, aku ingin juga memberikan pesan kebaikan di dalamnya, hanya saja kala itu aku tak tahu caranya. Sampai kemudian cikgu Anna menganjurkan aku menyelipkan carita wah dari pengalaman hidup yang mampu mengubahku seperti sekarang ini.
Awalnya aku sempat kebingungan menangkap maksud beliau. Punya gambaran tapi merasa ragu dan belum pasti. Apa iya yang kupikirkan seperti yang cikgu maksud.
Ya, karena belum paham aku pun terpaksa bolak-balik bertanya kepada beliau sekadar untuk memastikan maksudnya. Sampai aku sempat merasakan sedikit down. Berat hati karena tak yakin. Entah mengapa aku merasa seakan berada pada posisi sulit sebagai penulis waktu itu.
Bahkan, aku sempat berpikir alangkah enaknya kalau menyerah saja dari pada harus berhenti di tengah jalan begini. Usut punya usut, rupanya, hati kecilku merasa gelisah karena sejujurnya aku hampir mengerti yang dimaksud dengan cerita wah yang cikgu maksud, berarti harus mengungkapkan sebagian cerita hidup yang ingin kukubur dalam-dalam.
Intinya aku sempat merasa takut dan berat karena akan menceritakan peristiwa kelam yang ingin kulupakan. Namun, di satu sisi hatiku juga menyeruku untuk terus saja bercerita sepahit apa pun kejadiannya. Ya, anggap saja sebagai saatnya berdamai dengan masa lalu.
Okelah. Apa pun isi yang sudah kutulis untuk calon bukuku semoga naskah ini selesai sebelum akhir bulan ini. Aamiin.
#SETIP day2
0 komentar