Saat pulang kampung tadi aku mengunjungi rumah beberapa orang kenalan dan kerabat. Ada hal yang lumayan membuatku terkejut dalam kunjunganku tersebut. Yaitu, aku selalu ditanyakan mengenai apakah aku punya mobil atau tidak. Kebetulan karena memang enggak punya, ya, kujawab saja tidak punya.
Sumber Foto. Pexels.com |
Jujur, sikap orang-orang yang kukunjungi ini membuatku sedikit merasa risih. Padahal aku mengunjungi mereka setelah hampir 20 tahun enggak bertemu, seharusnya kami berbagi cerita yang asyik-asyik saja dan tidak membahas hal-hal kurang penting dan sangat duniawi seperti harta.
Rupanya dunia sudah sangat berubah. Bukannya senang mendapat kunjungan untuk bersilaturahmi, yang orang ributkan dariku justru apakah aku sudah punya mobil atau belum. Seolah-olah benda tersebut jauh lebih penting dibanding pertemuan itu sendiri.
Menurut mereka aneh saja seorang hakim seperti suamiku tidak mempunyai benda seperti mobil. Bukankah mobil simbol kesuksesan? Dan suamiku yang dianggap sukses karena menjadi hakim, mengapa tidak mempunyai mobil?
Tak ayal pertanyaan ini sempat menggerus sedikit rasa syukurku. Aku yang selama ini merasa hidupku lebih dari cukup, nyaman-nyaman saja kesana kemari menggunakan taksi tiba-tiba seperti dipaksa menyadari kesalahan, bahwa aku dan suami pasangan yang terlampau santai dan kurang berusaha mempunyai harta seperti mobil. Untungnya suamiku segera menasehatiku agar tak usah mempedulikan pandangan orang tentang kami.
Ya, boleh jadi mereka benar dengan pendapat itu. Kami mungkin kurang berusaha terlihat kaya dan sukses menurut ukuran manusia. Terlalu cuek dengan pendapat orang lain dan hanya fokus pada hidup serta kebutuhan akan rasa nyaman yang sesuai dengan konsep kami saja.
Selama ini jika menyangkut harta benda aku dan suami memang hanya membeli yang kami butuhkan saja dan sebisa mungkin tidak membeli barang atau benda yang kami inginkan tapi tidak kami butuhkan. Di tambah suamiku selalu menasehatiku agar jangan terlalu menghamba kepada harta. Harta ditangan saja dan jangan sampai dibawa kedalam hati.
Begitu juga dengan gaya hidup. Kami memilih yang biasa-biasa saja. Tidak terlampau memaksakan diri, maupun menghinakan diri. Ambil yang tengah-tengahnya saja. Mengindari utang demi gaya hidup karena masih sayang sama diri sendiri. Itulah alasan penampakan hidup kami yang kurang kaya.
#SETIP
#day5
0 komentar