Juragan Voucher Versus Juragan Panci Part 1

by - Monday, May 06, 2019

Pada suatu sore yang cerah, aku, Jack dan Engkoh lagi duduk bersantai sambil di trotoar  dekat gerbang kampus hijau. Yang dibahas bukan masalah besar seperti hiruk pikuk perpolitikan di tanah air. Yang menjadi fokus obrolan kami apalagi kalau bukan mencari celah perbaikan taraf hidup, atau mencari pekerjaan.

Sumber Foto. Pexels.com

Namanya juga mahasiswa, dimana-mana yang namanya mahasiswa itu identik dengan bokek. Kecuali yang memang berasal dari keluarga berada. Makanya, karena ke bokek-annya banyak yang menjadi kreatif. Kreatifnya bermacam-macam. Ada yang menggunakan cara yang baik, benar dan lurus seperti berbisnis kecil-kecilan dengan cara jualan kue yang dititipkan di warung-warung, jualan aksesoris yang dititipkan di KOPMA ( Koperasi Mahasiswa ), menjadi pramuniaga, jadi guru honor, OB ( Office Boy ), jualan buah, tukang ojek, Jasa pengetikan, dan lain sebagainya.

Tetapi, ada juga yang pingin hidup enak tapi tak perlu bersusah payah. Yang ini lumayan ragamnya. Paling ringan biasanya sengaja mencari pacar yang tajir, tapi ada juga yang korupsi duit organisasi, hingga yang menjual diri ke om-om, tapi diatas semua itu yang paling fenomenal adalah ikut bisnis voucer yang beromset miliyaran.

Menyangkut bisnis Voucer ini mengapa ku bilang fenomenal. Karena yang menjadi Top Leadernya, adalah beberapa teman yang lumayan dikenal, dan yang menjadi anggotanya berasal dari seluruh penjuru wilayah Kalimantan, di dalamnya termasuk  beberapa orang dosen.

bisnis ini begitu memikat, karena cara mendapatkan penghasilan dengan cara yang sangat mudah. Kita hanya perlu menanamkan modal yang telah ditetapkan, kemudian setiap bulan kita akan mendapatkan bagi hasil sekitar 20% dari modal yang kita tanamkan. 

Semakin banyak modal yang kita tanamkan semakin banyak juga bagi hasil yang kita dapatkan. Jangan heran, karena iming-iming kenyamanan yang didapatkan, banyak sekali orang yang akhirnya bergabung dengan  menggadaikan sertifikat rumah, tanah, motor, mobil, bahkan berhutang di bank untuk ikut bisnis ini.

Dan terjadi perubahan yang mencolok pada mereka yang terlibat dalam bisnis ini. Jika tadinya ke kampus hanya menggunakan motor tua, tiba-tiba datang ke kampus dengan mengendarai Mobil Taruna keluaran terbaru. Motor ninja, motor-motor bebek keluaran terbaru. HP termahal, belum lagi penampilan yang tiba-tiba rapi dan modis padahal tadinya jorok dan dekil.

Tempat nongkrong juga mengalami pergeseran. Dari yang tadinya sekretariat kegiatan mahasiswa, berubah ke kafe-kafe mahal, tempat bilyard, diskotik maupun hotel.

Alhasil kampus tiba-tiba lengang karena penghuni tetapnya pada beralih. Dan yang paling mencolok tempat makan. Jika sebelum berjaya warung pisang gorengnya Abu, warung makan Paman Kumis, warung makan Amir adalah tempat terfavorit untuk berkumpul. 

Sekarang tempat itu telah ditinggalkan, karena tak lagi memenuhi syarat standar kaum berkelas. Sebagai orang yang punya banyak duit walau statusnya masih orang kaya baru, semua itu tak laku lagi. Beralih ke Restoran-restoran yang tak mampu kubayangkan karena harganya yang selangit untuk kantongku yang senin jum'at. Pokoknya semua berubah.

Termasuk Komunitas pertemanan. Kalau sebelumnya mereka adalah teman-teman ngumpul yang lumayan akrab, sekarang karena jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang menganga begitu lebar diantara kami.

Membuat masa-masa manis itupun ikut berlalu. Mereka bergaul hanya dengan orang-orang se komunitas mereka. Dan karena kami bukan bagian dari mereka, otomatis kami berada di luar garis itu. Berada di dekat mereka berkisar 50 Meter saja, sudah mampu menimbulkan perasaan tak nyaman didalam perut. Apalagi kalau cuma berjarak 2 Meter, bisa-bisa kami bertingkah laku seperti MR. BEAN yang tiba-tiba kocak karena perasaan minder yang tiba-tiba muncul.

Sebenarnya, aku bukannya tak tertarik dan tergiur untuk ambil bagian dalam bisnis tersebut. Tetapi apalah daya aku yang tak punya darah orang kaya di dalamnya. Jangankan duit 5-10 juta, uang 100 ribu saja aku kerepotan mendapatkannya. Jadilah aku hanya sebagai penonton daja, melihat teman-teman yang tiba-tiba kaya mendadak dengan perasaan pilu yang menusuk. hiks!

Bersambung

#setip day 31

You May Also Like

0 komentar