Bandidah

by - Monday, May 06, 2019


Bubungan rumah Dato tiba-tiba dipasang selembar papan. Alasannya jelas sekali. Untuk menyelamatkan hartanya wabil khusus uang yang akhir-akhir ini sering hilang dari si pencuri cilik yang berambut hitam pirang kusut masai yang tak lain adalah cucunya sendiri.

Sumber Foto: pexels.com

Tindakan pemasangan papan itu sendiri harus segera dilakukan mengingat frekuensi kecurian uang yang makin sering terjadi.

Di lain sisi, meskipun Dato tahu kalau pelaku pencurian adalah aku. Tetap saja tak mudah membuktikannya secara langsung. Boleh dibilang pencurinya licin seperti belut. Dalam melaksanakan aksinya dia tangkas dan cepat.

Tanpa sempat menyadari apa yang terjadi uang para korbannya tiba-tiba telah raib saja. Hendak menjatuhkan hukuman kepadaku, tindakan itupun bukan perkara mudah. Tak ada jejak yang tertinggal yang menjadi petunjuk jika aku yang melakukan perbuatan itu.

Diliputi perasaan kesal namun tak berdaya. Para korban yang biasanya keluarga-keluarga terdekat seperti, nenek, dato, paman, acil dan kedua orangtuaku hanya bisa menggerutu frustrasi.

Menatap bubungan yang telah ditutupi selembar papan itu aku merasa tersinggung. Menutup jalan masuk favoritku itu sama saja artinya dato sudah mengibarkan bendera perang.

Iya. Biasanya, caraku untuk memasuki rumah dato yang sedang terkunci rapat salah satunya ya memanjat hingga bubungan. Tindakan ini memang terlihat memayahkan mengingat aku harus mencari pijakan kaki di sela-sela papan jendela yang diameternya cuma sepersekian senti dan mengandalkan kekuatan tangan untuk berpegangan di ventilasi sebagai penopang berat tubuhku. Ibarat, pemanjat tebing setiap gerakan yang dilakukan harus dihitung secara cermat. Mengingat salah perhitungan akan berakibat fatal yaitu jatuh terkapar diteras rumah.

Mencapai bubungan memang tak mudah. Tak heran keberhasilan melintasinya menghasilkan perasaan puas luar biasa. Makanya, menaikinya merupakan salah satu kegiatan favoritku dan mengobok-obok rumah dato hingga menemukan sesuatu yang dicari adalah kesenangan tambahannya.

Dan sekarang bubungan itu telah ditambali papan. Menutup jalur kesenanganku ketika menaikinya.
Aku ini memang sering mencuri tapi aku bukan penjahat. Lagian yang kuambil Cuma beberapa wadah uang receh tabungan nenek dan beberapa lembar uang ribuan dato saja. Bahkan, sebenarnya boleh dibilang aku bukan pencuri sama sekali, toh uang yang ku ambil uangnya nenek dan datoku sendiri. Aku ini lho, cucu kandungnya mereka. Nyuri apanya!

Bukannya jera apalagi tobat. Tertutupnya bubungan itu malah membuatku semakin bersemangat menemukan jalan lain untuk masuk kedalam rumah dato.

Aku berjalan mengintari rumah dan berhenti di bawah jendela yang letaknya diantara dapur dan rumah utama. Untuk memastikan sesuatu, aku merendahkan badanku hingga sejajar dengan tanah untuk kemudian merayap. Dan A-ha! Aku menemukan apa yang ku cari.

Syukurnya dugaanku tak meleset. Lubang itu masih disana. Karena sibuk dengan pekerjaannya Dato lupa untuk menambal lubang yang posisinya tepat di bawah tempat tidurnya. Menurutnya jauh lebih mendesak untuk menutup jalan masuk yang di bubungan dari pada yang di bawah kolong itu.

Dugaan itu tak sepenuhnya keliru. Mengingat populasi pencuri di kampung kami tak banyak. Pun, yang sudah sedikit jumlahnya itupun pikir-pikir hendak menjarah rumah dato. Rumah sederhana yang tak memiliki banyak harta berharga. Jangankan berpikiran hendak menggasaknya isinya, berpikiran mau masuk rumahnya saja sudah termasuk buang-buang energy.
Sayang tenaga!

Bersambung

#Setip day 36



You May Also Like

1 komentar

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.org

    ReplyDelete