facebook instagram twitter youtube rss linkedin
  • Home
  • Inspirasi
  • Life Style
    • Parenting
    • Food
    • Travel
  • Writing
  • About Me
  • Contact
Powered by Blogger.

Golde Kindangen's Blog

Alhamdulillah, walau masih dalam masa pandemi, pelaksanaan acara peringatan Hut Dharmayukti Karini XVIII bertempat di Pengadilan Negeri Pangkalan Bun, pada hari Jum'at 16 Oktober yang lalu berjalan tertib dan lancar.

Ada dua sambutan dalam acara ini, yaitu sambutan ketua umum Dharmayukti Karini pusat yang dibacakan nyonya Asyiah Juaini, dan sambutan kedua dari Bapak pelindung Dharmayukti Karini cabang Pangkalan Bun.

Kue ulang tahun dan tumpeng yang harus selalu ada setiap HUT Dharmayukti Karini









Dalam sambutan yang dibacakan nyonya Asyiah Juaini wakil ketua I, ketua Dharmayukti Karini pusat berpesan agar program kerja Dharmayukti Karini harus tetap digiatkan walaupun masa pandemi belum usai. Tetapi tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan

Ada pun program kerja yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Bidang Organisasi

- Selalu melakukan sosialisasi, mengingat adanya pergantian pimpinan daerah terutama di cabang-cabang di mana ketua Dharmayukti Karini masih tergolong muda atau belum aktif berorganisasi di Dharmayukti Karini

- Persyaratan KTA ( kartu tanda anggota) hendaknya dipenuhi baik di daerah maupun cabang-cabang agar tpembuatan KTA yang baru

- Dalam penggunaan atribut Dharmayukti Karini hendaknya disesuaikan dengan syarat-syarat terbaru (update) yang dituangkan di dalam AD/ ART Dharmayukti Karini

- Memanfaatkan secara maksimal website Dharmayukti Karini

Tak lupa para panitia, pengurus dan anggota berpose manis setelah acara selesai







2. Bidang Pendidikan

Pada bidang pendidikan. Meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19 hendaknya tetap melaksanakan penyerahan bantuan bea siswa, yang pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan hari ulang tahun Dharmayukti Karini. Diserahkan kepada perwakilan yang menerima serta dilakukan secara virtual saja.

3. Bidang Ekonomi

Sementara pada bidang ekonomi, ketua umum pusat Dharmayukti Karini juga berpesan, agar anggota Dharmayukti Karini dapat menggalang dana dengan berinovasi menjual barang-barang ekonomi yang dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan pada masa pandemi Covid-19, yang dipasarkan dengan memaksimalkan penggunaan media elektronik dan teknologi.

4. Bidang Sosial Budaya

- Dalam melaksanakan pertemuan dengan cara menghadirkan perwakilan dari setiap bidang atau seksi agar protokol kesehatan pandemi Covid-19 dapat diterapkan. Demikian juga pertemuan antar cabang di tingkat Provinsi agar dilakukan secara virtual saja

- Tetap melaksanakan anjangsana terutama kepada mereka yang tertimpa musibah kematian dengan cara menyerahkan uang duka. Akan tetapi penyerahan uang duka tersebut dilakukan tidak pada terjadi musibah, melainkan beberapa hari setelahnya demi menghindari kerumunan yang dapat menyebabkan tertular virus corona.

- Selalu menjaga kekompakan dan saling menghargai sehingga tercipta keharmonisan di empat lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung Republik Indonesia, sehingga persatuan dan kesatuan senantiasa terjaga.

Sedangkan pada sambutan ke-dua, Bapak pelindung Dharmayukti Karini cabang Pangkalan Bun, Abu Achmad Sidqi Amsya, S.H berpesan agar anggota Dharmayukti Karini Pangkalan Bun selalu menjaga kekompakan, dan selalu berusaha menjaga keharmonisan keluarga, misalnya tidak cemberut saat menyambut suami pulang dari kantor supaya suaminya betah di rumah dan tidak suka nongkrong di warung kopi.

Bapak pelindung 1 memberi sambutan








Akhirnya rangkaian acara Hut Dharmayukti Karini yang kali ini bertema "Dengan Semangat Hari Ulang Tahun Dharmayukti Karini XVIII Kita Wujudkan Program Kerja Melalui Media Elektronik" ditutup dengan acara penyerahan BDBS ( Bantuan Dana Beasiswa) kepada anak-anak berprestasi di lingkungan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama di Pangkalan Bun, dan pelepasan salah seorang anggota yaitu, Ibu Rahayu yang akan menyertai suaminya berpindah tugas ke Pengadilan Agama Seruyan.

Perwakilan penerima beasiswa berfoto bersama Bapak pelindung 1 dan 2 beserta sebagian pengurus Dharmayukti Karini cabang Pangkalan Bun
 



Demikian cerita dari Dharmayukti Karini cabang Pangkakan Bun pada perayaan Hut Dharmayukti Karini ke-18. Semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar pelaksaan acara Hut berikutnya dapat dilakukan secara meriah dan penuh kehangatan.

Selamat ulang tahun Dharmayukti Karini ke-18, semoga semakin jaya dan memberi banyak manfaat bagi anggotanya. Amin.


Monday, October 19, 2020 No komentar
Sejak suami menjadi hakim di Pengadilan Agama, hidup kami tidak lagi menetap karena tugas suami yang terus berpindah-pindah. Di satu sisi, hidup berpindah memberi banyak kesenangan. Mendapat banyak teman, berkesempatan merasakan hidup di kampung orang, bersentuhan dengan budaya berbeda dan lain sebagainya

Foto : pixabay.com




Tapi di sisi lain, hidup selalu berpindah juga ada tidak enaknya, perasaan seperti lagi-lagi harus memulai dari awal setiap pindah ke tempat berikutnya. Belajar lagi beradaptasi dengan orang maupun lingkungan yang baru. Hal ini membuat perasaan kurang nyaman, tidak hanya pada anak-anak, bahkan orang dewasa juga.

Terlebih pada anak-anak. Pindah ke tempat baru berarti sekolah, lingkungan dan teman-teman baru juga. Beruntung jika si anak tipe yang mudah menyesuaikan diri. Pindah tempat tinggal mungkin tidak terlampau berpengaruh pada perasaannya. Tetapi bagaimana jika yang pindah adalah anak yang enggak gampang bergaul. Tentu saja meninggalkan teman dan lingkungan yang sudah dikenalnya, sedikit banyak pasti akan mempengaruhi keadaan psikologisnya. Jika tidak ditangani dengan tepat bisa mengakibatkan si anak merasa tertekan, berubah murung, malas berteman hingga enggan turun sekolah.

Para orang tua tentu saja tak ingin hal-hal di atas menimpa putra-putrinya. Kendati tidak 100% bisa menghindarkan anak dari efek negatif pindah tempat tinggal ini, setidaknya orang tua bisa meminimalisir keadaan tersebut dengan mencoba beberapa saran berikut ini:

1. Katakan Secara Terbuka Hidup Kalian Tidak Menetap

Suatu ketika putra saya pernah berkata, "Ini rumahku," kepada temannya sambil menunjuk ke arah rumah dinas kami. Malamnya saya segera menjelaskan kepadanya bahwa rumah yang kami tempati bukanlah rumah milik kami, tetapi rumah dinas yang dipinjamkan pemerintah untuk kami tinggali. Bahwa, kami hanya sementara tinggal di tempat tersebut, dan sewaktu-waktu surat panggilan mutasi suami keluar, kami sekeluarga harus pindah lagi. Saya merasa perlu mengatakan yang sebenarnya supaya putra kami siap, andai suatu ketika kami harus pindah lagi.

Foto :pixabay.com
Awalnya dia tidak terima, karena dia sudah suka berada di lingkungan tersebut. Tetapi, saya dan suami terus mengingatkan, karena tugas sang Ayah yang terus berpindah, kami tidak bisa hidup menetap di sana. Akhirnya dia bisa menerima keadaan itu, dan segera saja bercerita kepada teman-temannya bahwa suatu saat dia akan pindah dari sana.

2. Jangan Memberi Tahu Kepindahan Secara Mendadak

Ketika mendapat kepastian akan pindah, langsung katakan kepada anak, bahwa sebentar lagi kalian sekeluarga akan pindah. Biasanya kalau nama suami berada dalam daftar yang harus pindah tugas, saya langsung mengatakan hal tersebut kepada anak. Maksudnya, untuk menyiapkan mentalnya sedini mungkin, agar pada waktu pindah nanti dirinya tidak mengalami shock. 

Saya bahkan melakukan ini sejak kepindahan kami yang pertama. Meski kala itu usia anak masih dua tahun, saya tetap mengatakan kepadanya kalau sebulan lagi kami akan pindah tempat tinggal. Cara ini lumayan efektif menyiapkan mental anak menghadapi perubahan. Dia jadi lebih siap, dan lebih tabah.

3. Memberi Kesempatan Kepada Anak Mengungkapkan Perasaan Sedihnya

Meninggalkan lingkungan dan teman-teman yang sudah dikenal pasti tidak mudah bagi anak. Perasaan sedih harus berpisah, serta kecemasan berada di lingkungan baru pasti menimbulkan perasaan kurang nyaman

Foto: pixabay.com



Nah, pada situasi inilah orang tua harus peka. Bersedia membuka telinga untuk mendengarkan keluhan anak. Biarkan dia mengungkap perasaannya mengenai kepindahan ini, dan katakan bahwa kita mengerti apa yang dia rasakan. Tapi dia tidak sendiri menghadapi perubahan tersebut, karena kedua orang tuanya akan selalu mendampinginya melewati masa-masa sulit itu.

4. Memberi Gambaran Tentang Tempat Tinggal yang Baru

Saat tahu akan pindah, tak ada salahnya mencari tahu tentang tempat tujuan dahulu. Tidak harus mendatangi langsung, cukup browsing di internet sudah cukup memberi gambaran keadaan tempat tujuan kita. Misalnya, apakah tempat tersebut cukup ramai, ada fasilitas apa di sana, ada tempat rekreasi atau tidak, kalau kurang ramai dibanding tempat tinggal sekarang kira-kira apa kelebihan kota tersebut.

Nah, hasil pencarian ini bisa kita ceritakan kepada anak, bahwa di tempat tinggal yang akan datang, tidak kalah menarik dan menjanjikan petualangan yang sama menyenangkan seperti di tempat tinggal sekarang.

5. Mendorong Anak Mendapat Teman Baru

Jika sudah berada di rumah baru, dorong anak untuk mendapat teman. Selain membuat anak segera betah, hal itu juga membantu anak melupakan kenangan dengan teman-teman lamanya.

Demikian beberapa tips menyiapkan anak saat pindah tempat tinggal. Orang tua mungkin tidak selalu mampu membuat anak nyaman dengan kepindahan, tetapi setidaknya orang tua bisa berusaha mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami anak. Semoga bermanfaat, ya.

Salam hangat

Wednesday, October 14, 2020 No komentar
Alhamdulillah, baru saja saya selesai mendampingi putra kami belajar. Yang paling membahagiakan dari aktivitas belajar mengajar yang kami lakukan, saat Danish putra saya berkata, "Danish senang belajar, Ma. Danish juga senang belajar sama Mama."
Foto: pixabay.com


Padahal tidak sekali dua saya mengalami frustrasi saat mengajarinya, begitu pula Danish. Dia bahkan pernah sampai menangis karena selalu lupa huruf, atau tidak tahu cara mengeja. Sang Mama frustrasi karena si anak yang lambat paham, sedangkan si anak frustrasi karena si Mama yang kurang sabar

Untungnya situasi tidak menyenangkan tersebut sudah berlalu. Semakin kesini, baik si Ibu maupun si anak sudah menemukan pola menghadapi satu sama lain. Saat si anak mulai mengeja sekenanya, menyebut huruf semaunya. Sang Mama langsung dapat mendeteksi si anak sedang kurang fokus. 

Jadi, tugasnya sang Mama mengingatkan anaknya agar berhenti bermain saat belajar dan memintanya fokus kepada pelajaran. Begitu juga saat sang Mama sudah terlihat kurang sabar, sang anak langsung tahu apa yang harus dia lakukan, yaitu, mengingatkan sang Mama agar jangan terbawa emosi dan sebaiknya latihan bersabar menghadapinya *wkwkwkwk

Andai merasa cukup dengan materi dari sekolah, saya mungkin tak perlu repot-repot begini. Tinggal mengerjakan tugas yang diberikan guru, yang kebetulan tidak banyak, saya pasti bisa segera santai setelahnya.

Akan tetapi, melihat banyaknya waktu luang yang tersedia. Belum lagi, pendidikan dasar yang belum dikuasai putra kami, yang membuat saya memutuskan memberi pelajaran tambahan. 

Awalnya terasa cukup sulit, karena Danish memang serba belum bisa. Belum bisa menulis, mengeja apalagi mengaji. Jadi, saya harus mengajari dia dari dasar sekali. 

Namun setelah kelas berjalan sekitar empat bulan. Suasana belajar terasa jauh lebih nyaman karena dia sudah mulai lancar mengeja dan tulisan tangannya sudah mulai rapi. Kuncinya, kami belajarnya disiplin. Setiap hari selama lima hari, dari hari Senin- Jum'at, selama kurang lebih 1,5 jam.

Kenapa saya ngotot menjalankan kelas dengan disiplin, karena saya ingin putra kami terpola kebiasaan belajarnya, sehingga nantinya, tanpa perlu repot lagi, dia akan belajar dengan sendirinya. Jadi, tujuan tindakan saya semata-mata untuk membangun kebiasaan suka belajar pada anak kami.

Menurut saya ini poin terpenting tujuan dari sekolah, yaitu menumbuhkan kecintaan anak pada belajar, karena jika kebiasaan ini telah terbentuk, niscaya si anak nantinya pasti akan mencari ilmu secara suka rela.

Oleh karena itu, penting juga buat orang tua untuk terus belajar memahami anaknya, supaya anak yang didampingi semakin menyukai belajar dan bukan sebaliknya. 

Bahkan demi tujuan ini saya harus browsing sana-sini dan bolak-balik mantengin youtube hanya untuk mencari ilmu bagaimana cara membangkitkan semangat belajar pada anak. Maksudnya, supaya tindakan yang dilakukan efektif membuat anak saya mencintai belajar. 

Demikian usaha saya membuat anak menyukai belajar. Semoga bermanfaat, ya






Thursday, October 08, 2020 No komentar

Perdebatan tentang mana yang lebih baik antara perempuan bekerja atau di rumah, seperti tidak pernah ada habisnya. Dikira kontroversi dua hal ini akan mereda dengan sendirinya di tahun-tahun mendatang. Namun, pada saat tertentu atau munculnya momen-momen yang menjadi pemicu, perdebatan antara dua hal ini pasti memanas kembali

Foto. Pixabay.com


Saya sendiri pernah mengalami keduanya. Meski saat ini saya adalah ibu rumah tangga penuh waktu. Di masa lalu, saya pernah bekerja sebagai guru. Saya memutuskan berhenti dari karier mengajar karena harus mengasuh putra kami yang baru lahir, dan terus berlanjut hingga sekarang

Sebenarnya pernah mendapat tawaran untuk mengajar lagi, tapi saya tolak. Saya enggak mau memaksakan diri melakukan sesuatu yang tidak bisa dinikmati, karena saya tahu persis. Bahwa alasan saya kembali mengajar hanya untuk mengisi waktu luang saja dan bukan karena kecintaan saya pada dunia mengajar. Dari pada menghabiskan waktu melakukan sesuatu dengan setengah hati, lebih baik tawaran itu ditolak saja memberi kesempatan kepada mereka yang lebih berdedikasi dengan tugas tersebut.

Awalnya keputusan menjadi ibu rumah tangga mendapat banyak tentangan dari keluarga. Terutama keluarga suami. Menurut mereka, seharusnya saya jangan berhenti bekerja karena sayang ijazah. Sudah capek-capek sekolah sampai sarjana, masa ujung-ujungnya hanya menjadi ibu rumah tangga saja.

Tetapi karena pertimbangan tidak ingin menyerahkan pengasuhan anak kepada orang lain, pendapat yang menyudutkan itu diabaikan saja. Lagi pula keputusan saya untuk tinggal di rumah sudah mendapat dukungan penuh dari suami.

Dari kejadian ini saya berpendapat, cara memanusiakan seorang perempuan itu sebenarnya gampang, tinggal beri dia kemerdekaan untuk menentukan sendiri apa yang dia inginkan, serta tidak memaksanya membuat pilihan yang bertentangan dengan hatinya. Entah nantinya dia memilih untuk bekerja di luar rumah sebagai wanita karier atau menjadi ibu rumah tangga saja. Keputusan tersebut haruslah dihormati.

Perempuan meski sering dianggap sebagai manusia kelas dua, bukanlah barang yang hidup serta keinginannya harus selalu mengikuti kehendak orang lain. 

Masih menurut saya juga, yang penting apa pun pilihan yang diambil perempuan, dia harus bertanggung jawab dengan pilihan itu, dan tidak mengeluh atas konsekuensi yang menyertai pilihan tersebut. Contohnya, seorang perempuan lulusan sarjana mungkin akan mendapat cemoohan karena keputusannya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga

Nah, cemoohan itu haruslah diterima dengan lapang dada sebagai akibat pilihan kita. Tidak bersedih hati apalagi sampai merasa rendah diri. Dia harus sadar bahwa ada harga yang harus dibayar dari setiap keputusan yang dibuatnya. 

Awalnya mungkin terasa menyakitkan. Tetapi bukankah rasa sakit itu sepadan dengan kemerdekaan yang berhasil diraih karena sudah mampu memutuskan apa yang terbaik bagi diri sendiri? 

Lagi pula, hidup sebagai ibu rumah tangga tidak bermakna seorang perempuan lantas tidak bisa berkiprah untuk dunia. Asal si perempuan tersebut mau terus meng- upgrade dirinya, dia juga bisa melakukan banyak hal yang tidak kalah keren dibanding mereka yang berkarier di luar rumah. 

Apalagi pada zaman kemajuan teknologi seperti saat ini. Di mana kesempatan untuk belajar semakin dimudahkan. Ibu rumah tangga bisa memanfaatkan keadaan tersebut untuk mengikuti berbagai kelas yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Ambil kesempatan tersebut untuk memperkaya diri dengan berbagai skill sehingga tidak ada alasan lagi ibu rumah tangga malu dengan pilihan hidupnya.


Tuesday, October 06, 2020 No komentar
Tak dipungkiri pandemi Corona telah mengubah pola hidup seluruh manusia di dunia, tak terkecuali di negara tercinta Indonesia.

Yang paling terasa, akibat Corona kebersamaan dengan anggota keluarga menjadi lebih banyak dibanding sebelumnya. Hal ini karena sebagian besar kerja kantoran dialihkan menjadi kerja dari rumah. Demikian juga sekolah dialihkan menjadi belajar dari rumah.

Foto: pixabay.com
Di antara bekerja dan sekolah dari rumah. Sekolah dari rumahlah yang efeknya sangat terasa bagi kami ibu rumah tangga. Bagaimana tidak, saya yang sehari-hari fokusnya hanya mengurus rumah tangga seperti memasak dan beres-beres rumah. Tiba-tiba harus mendampingi anak belajar tak ubahnya seorang murid yang juga ikut sekolah. 

Tentu saja hal ini terasa kurang nyaman awalnya. Bayangkan, saya yang selama ini sudah terlanjur dimanjakan keadaan dengan menyerahkan semua urusan pendidikan putra kami kepada sekolah, tapi karena Corona kami sebagai orang tua harus mengambil alih tugas tersebut. Bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak kami. Kalau boleh saya jujur, rasanya seperti dikeluarkan secara paksa dari zona nyaman yang selama ini sudah memanjakan saya

Namun, semakin kesini bukan hanya mulai menikmati peran sebagai pendamping belajar anak. Saya juga mulai berpikir ketika melihat banyaknya waktu luang, mengapa waktu yang ada tidak dimanfaatkan saja dengan memberi pelajaran tambahan kepada anak saya. Soalnya kalau melihat materi yang diberikan sekolah, rasanya kurang memenuhi kebutuhan pendidikan dasar buat putra kami

Berangkat dari hal itu, saya berinisiatif menyusun materi apa saja yang akan saya tambahkan, untuk diajarkan kepada anak saya. Tentu saja hal ini lumayan membuat saya semangat sekaligus gugup pada awalnya, karena meski saya berlatar sarjana pendidikan dan pernah mengajar selama kurang lebih sepuluh tahun di beberapa sekolah tetapi saya sudah berhenti mengajar selama enam tahun lebih. Makanya tetap saja kagok rasanya harus mengajar lagi, apalagi yang diajar murid TK nol besar, murid yang paling saya hindari selama ini

Tapi situasi yang dihadapi sangatlah tidak biasa. Saya tidak punya pilihan, dari pada waktu yang tersedia dihabiskan anak saya untuk bermain gadget atau nonton televisi, lebih baik saya isi dengan kegiatan belajar mengajar. Namanya saja idenya dadakan pastinya tanpa persiapan. Baik persiapan mental sebagai pengajar maupun materi apa saja yang harus diajarkan.

Beruntungnya anak saya masih TK nol besar, jadi materi yang diberikan tak jauh-jauh dari belajar menulis, membaca dan berhitung, sedangkan di bidang agama yang diajarkan bagaimana tata cara salat yang benar, mengaji dan membaca buku sirah nabawiyah maupun buku pintar iman dan islam.

Tanpa disangka, saya yang tadinya sempat merasa kurang nyaman dalam mendampingi anak saya belajar, mulai menyukai aktivitas belajar mengajar di rumah kami. Apalagi saat melihat kemajuan yang dialami anak kami, dia yang tadinya sama sekali tidak bisa menulis, mengaji dan membaca, sekarang sudah pandai menulis, mengeja dan mulai lancar mengenali huruf hijaiyah. Dia juga mulai hafal sebagian bacaan salat, sudah mengerti sebagian tata cara salat dan berwudhu yang benar. 

Alhamdulillah, Corona telah mengembalikan fungsi saya sebagai sekolah pertama bagi anak kami. Sehingga, saya yang tadinya sempat abai terhadap pendidikan anak saya, tapi karena keberadaan Corona yang memaksa kami mengambil alih tugas sekolah menjadi sadar kembali, bahwa tugas mendidik anak yang utama adalah tanggung jawab orang tua!




Saturday, October 03, 2020 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me
Hai, nama saya Golde. Saya IRT satu orang putra, yang serius menekuni dunia menulis sejak tahun 2018. Saya telah menulis sebuah buku solo, beberapa buah antologi, dan menjadi penulis artikel lepas untuk media online.

Follow Us

Labels

about me Aktivitas Blogging Cerbung Cerpen Cooking Curhatku Drama Korea Family Food Inspirasi Kesehatan Keuangan kontak saya Movie Parenting Prosa Review Training Traveling Writing

recent posts

Total Pageviews

Blog Archive

  • ▼  2020 (10)
    • ▼  October (5)
      • Perayaan Hut Dharmayukti Karini ke-18 Oleh Dharma...
      • Tips Menyiapkan Anak saat Pindah Tempat Tinggal
      • Membentuk Pola Belajar Pada Anak
      • Saya Ibu Rumah Tangga dan Saya Istimewa
      • Hikmah Corona: Bahagia Mendampingi Anak Belajar di...
    • ►  February (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (70)
    • ►  September (1)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (15)
    • ►  February (10)
    • ►  January (30)
  • ►  2018 (25)
    • ►  November (4)
    • ►  October (21)
  • ►  2017 (2)
    • ►  November (2)

One Day One Post Estrilook

One Day One Post Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Blogger Squad Estrilook

Followers

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose