Membentuk Pola Belajar Pada Anak

by - Thursday, October 08, 2020

Alhamdulillah, baru saja saya selesai mendampingi putra kami belajar. Yang paling membahagiakan dari aktivitas belajar mengajar yang kami lakukan, saat Danish putra saya berkata, "Danish senang belajar, Ma. Danish juga senang belajar sama Mama."
Foto: pixabay.com


Padahal tidak sekali dua saya mengalami frustrasi saat mengajarinya, begitu pula Danish. Dia bahkan pernah sampai menangis karena selalu lupa huruf, atau tidak tahu cara mengeja. Sang Mama frustrasi karena si anak yang lambat paham, sedangkan si anak frustrasi karena si Mama yang kurang sabar

Untungnya situasi tidak menyenangkan tersebut sudah berlalu. Semakin kesini, baik si Ibu maupun si anak sudah menemukan pola menghadapi satu sama lain. Saat si anak mulai mengeja sekenanya, menyebut huruf semaunya. Sang Mama langsung dapat mendeteksi si anak sedang kurang fokus. 

Jadi, tugasnya sang Mama mengingatkan anaknya agar berhenti bermain saat belajar dan memintanya fokus kepada pelajaran. Begitu juga saat sang Mama sudah terlihat kurang sabar, sang anak langsung tahu apa yang harus dia lakukan, yaitu, mengingatkan sang Mama agar jangan terbawa emosi dan sebaiknya latihan bersabar menghadapinya *wkwkwkwk

Andai merasa cukup dengan materi dari sekolah, saya mungkin tak perlu repot-repot begini. Tinggal mengerjakan tugas yang diberikan guru, yang kebetulan tidak banyak, saya pasti bisa segera santai setelahnya.

Akan tetapi, melihat banyaknya waktu luang yang tersedia. Belum lagi, pendidikan dasar yang belum dikuasai putra kami, yang membuat saya memutuskan memberi pelajaran tambahan. 

Awalnya terasa cukup sulit, karena Danish memang serba belum bisa. Belum bisa menulis, mengeja apalagi mengaji. Jadi, saya harus mengajari dia dari dasar sekali. 

Namun setelah kelas berjalan sekitar empat bulan. Suasana belajar terasa jauh lebih nyaman karena dia sudah mulai lancar mengeja dan tulisan tangannya sudah mulai rapi. Kuncinya, kami belajarnya disiplin. Setiap hari selama lima hari, dari hari Senin- Jum'at, selama kurang lebih 1,5 jam.

Kenapa saya ngotot menjalankan kelas dengan disiplin, karena saya ingin putra kami terpola kebiasaan belajarnya, sehingga nantinya, tanpa perlu repot lagi, dia akan belajar dengan sendirinya. Jadi, tujuan tindakan saya semata-mata untuk membangun kebiasaan suka belajar pada anak kami.

Menurut saya ini poin terpenting tujuan dari sekolah, yaitu menumbuhkan kecintaan anak pada belajar, karena jika kebiasaan ini telah terbentuk, niscaya si anak nantinya pasti akan mencari ilmu secara suka rela.

Oleh karena itu, penting juga buat orang tua untuk terus belajar memahami anaknya, supaya anak yang didampingi semakin menyukai belajar dan bukan sebaliknya. 

Bahkan demi tujuan ini saya harus browsing sana-sini dan bolak-balik mantengin youtube hanya untuk mencari ilmu bagaimana cara membangkitkan semangat belajar pada anak. Maksudnya, supaya tindakan yang dilakukan efektif membuat anak saya mencintai belajar. 

Demikian usaha saya membuat anak menyukai belajar. Semoga bermanfaat, ya






You May Also Like

0 komentar