Hikmah Corona: Bahagia Mendampingi Anak Belajar di Rumah

by - Saturday, October 03, 2020

Tak dipungkiri pandemi Corona telah mengubah pola hidup seluruh manusia di dunia, tak terkecuali di negara tercinta Indonesia.


Yang paling terasa, akibat Corona kebersamaan dengan anggota keluarga menjadi lebih banyak dibanding sebelumnya. Hal ini karena sebagian besar kerja kantoran dialihkan menjadi kerja dari rumah. Demikian juga sekolah dialihkan menjadi belajar dari rumah.

Foto: pixabay.com
Di antara bekerja dan sekolah dari rumah. Sekolah dari rumahlah yang efeknya sangat terasa bagi kami ibu rumah tangga. Bagaimana tidak, saya yang sehari-hari fokusnya hanya mengurus rumah tangga seperti memasak dan beres-beres rumah. Tiba-tiba harus mendampingi anak belajar tak ubahnya seorang murid yang juga ikut sekolah. 

Tentu saja hal ini terasa kurang nyaman awalnya. Bayangkan, saya yang selama ini sudah terlanjur dimanjakan keadaan dengan menyerahkan semua urusan pendidikan putra kami kepada sekolah, tapi karena Corona kami sebagai orang tua harus mengambil alih tugas tersebut. Bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak kami. Kalau boleh saya jujur, rasanya seperti dikeluarkan secara paksa dari zona nyaman yang selama ini sudah memanjakan saya

Namun, semakin kesini bukan hanya mulai menikmati peran sebagai pendamping belajar anak. Saya juga mulai berpikir ketika melihat banyaknya waktu luang, mengapa waktu yang ada tidak dimanfaatkan saja dengan memberi pelajaran tambahan kepada anak saya. Soalnya kalau melihat materi yang diberikan sekolah, rasanya kurang memenuhi kebutuhan pendidikan dasar buat putra kami

Berangkat dari hal itu, saya berinisiatif menyusun materi apa saja yang akan saya tambahkan, untuk diajarkan kepada anak saya. Tentu saja hal ini lumayan membuat saya semangat sekaligus gugup pada awalnya, karena meski saya berlatar sarjana pendidikan dan pernah mengajar selama kurang lebih sepuluh tahun di beberapa sekolah tetapi saya sudah berhenti mengajar selama enam tahun lebih. Makanya tetap saja kagok rasanya harus mengajar lagi, apalagi yang diajar murid TK nol besar, murid yang paling saya hindari selama ini

Tapi situasi yang dihadapi sangatlah tidak biasa. Saya tidak punya pilihan, dari pada waktu yang tersedia dihabiskan anak saya untuk bermain gadget atau nonton televisi, lebih baik saya isi dengan kegiatan belajar mengajar. Namanya saja idenya dadakan pastinya tanpa persiapan. Baik persiapan mental sebagai pengajar maupun materi apa saja yang harus diajarkan.

Beruntungnya anak saya masih TK nol besar, jadi materi yang diberikan tak jauh-jauh dari belajar menulis, membaca dan berhitung, sedangkan di bidang agama yang diajarkan bagaimana tata cara salat yang benar, mengaji dan membaca buku sirah nabawiyah maupun buku pintar iman dan islam.

Tanpa disangka, saya yang tadinya sempat merasa kurang nyaman dalam mendampingi anak saya belajar, mulai menyukai aktivitas belajar mengajar di rumah kami. Apalagi saat melihat kemajuan yang dialami anak kami, dia yang tadinya sama sekali tidak bisa menulis, mengaji dan membaca, sekarang sudah pandai menulis, mengeja dan mulai lancar mengenali huruf hijaiyah. Dia juga mulai hafal sebagian bacaan salat, sudah mengerti sebagian tata cara salat dan berwudhu yang benar. 

Alhamdulillah, Corona telah mengembalikan fungsi saya sebagai sekolah pertama bagi anak kami. Sehingga, saya yang tadinya sempat abai terhadap pendidikan anak saya, tapi karena keberadaan Corona yang memaksa kami mengambil alih tugas sekolah menjadi sadar kembali, bahwa tugas mendidik anak yang utama adalah tanggung jawab orang tua!




You May Also Like

0 komentar