Alasan Bersyukur Hari ini

by - Wednesday, April 24, 2019



Pulang kampung kali ini. Saya sempat bertemu seorang kawan lama. Laiknya pertemuan setelah lama tak jumpa, kami pun bercerita ngalor-ngidul mengenai berbagai hal.

Sumber foto. Pexels.com
Namun, ada yang menjadi perhatian saya dari cerita teman tersebut, tentang orang-orang yang pernah terhubung dengan kami di masa lalu. Sayangnya, ceritanya bukanlah kisah yang nyaman didengar, karena menyangkut perbuatan buruk yang dilakukan beberapa orang. Kita sebut saja mereka oknum.

Oknum-oknum ini diduga menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan manipulasi laporan dengan tujuan akhir penggelapan dana. Memang, kalau dilihat sekilas, gaya hidup oknum-oknum ini sedikit tak sesuai dengan keadaan. Pendapatan sekian, tetapi gaya hidupnya udah macam kaum the have saja.

Saat tiba di rumah, oleh-oleh berupa cerita yang kami dengar dari rumah teman tersebut menjadi topik diskusi antara saya dan suami, yang membawa kami pada kesadaran lagi. Untung kami tidak seperti oknum-oknum itu. Betapa kami sangat bersyukur dengan hidup yang ada. Fakta bahwa apa yang kami makan dan minum masih dibeli dari pendapatan yang sah atau uang halal, adalah nikmat yang luar biasa.

Walaupun saya pernah beberapa kali harus memasang tampang bodoh kala mendengar penilaian semena-mena orang lain yang mencap kami kurang sukses untuk ukuran jabatan suami. Akibat kami tidak memiliki benda-benda simbol kesuksesan. Ya, enggak papa juga. Anggap saja kami dan mereka berbeda pandangan soal makna sukses.

Apapun anggapan orang di luar sana insyaallah tak mengurasi rasa syukur kami. Selalu merasa beruntung karena merasa dianugerahi pemahaman baik, bahwa kemuliaan diri tidak tergantung pada harta benda yang dimiliki. Pemahaman yang mengantar kami punya perasaan biasa-biasa saja terhadap berbagai benda. Kalau ingin beli dan kebetulan uangnya ada, ya, dibeli. Tetapi, jika dananya tidak ada, tidak memaksakan diri.

Saya sudah hidup cukup lama di muka bumi ini, dan pernah merasakan berbagai kesakitan hidup dan hinaan manusia. Ada hubungannya dengan harta benda. Namun, yang lebih berat untuk ditanggung justru rasa bersalah akibat perbuatan dosa, bukan karena dihina karena tak berpunya.

Kembali lagi ke soal harta halal tadi. Karena menikmati yang halal adalah keharusan bagi siapa saja yang ingin hidup dalam kebaikan, atau bagi siapa saja yang meyakini alam akhirat tempat kembali yang nyata. Maka, sudah sewajarnya cara meraih rezekinya pun harus sesuai cara-cara yang dibenarkan juga. Demikian kira-kira. Wallahu'alam

Martapura, April 2019

#SETIP day 27

You May Also Like

0 komentar